Wakil Kepala Sekolah SMK Giri Handayani, Dani Triatmajaya Santosa mengatakan, kegiatan yang digelar merupakan bentuk ekspresi karena terusiknya hati nurani dengan peristiwa teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo.
“Terlebih pelaku ternyata satu keluarga, hal itu sungguh mengikis sendi-sendi kehidupan,” ujar Dani Triatmajaya Santosa, Senin, (14/5/2018).
Berkaca dari peristiwa tersebut, menurutnya sangat perlu penguatan karakter anak-anak terutama bagi yang masih sekolah agar tidak mau terlibat atau dijadikan pelaku atas arahan orang tuanya sendiri atau oleh orang lain.
Untuk saat ini, doa dan solidaritas dinilai dapat menjadi stimulus pembinaan karakter siswa. Harapannya bisa menyadarkan dan memberi penegasan kepada masing-masing individu bahwa perbuatan teroris merupakan tindakan yang salah.
“Pembinaan karakter tidak bisa dilakukan hanya sesaat atau dalam waktu yang singkat, tapi terus menerus tak terputus. Saat ada teror ataupun tidak,” tandas Dani.
Dani sangat mendukung kegiatan yang diinisiasi dan diikuti puluhan siswa itu. Ia menganggap, saat ada peristiwa teror seakan mengingatkan kembali bahwa karakter cinta tanah air dan humanity menjadi hal yang utama dalam pembentukan watak pelajar atau remaja. Penegasan kepada generasi penerus harus diberikan bahwa perbuatan teror sangat merugikan orang lain. Di luar itu, mengorbankan nyawa sendiri demi bom bunuh diri merupakan perbuatan tercela yang dilarang oleh agama apapun di dunia ini.
Sementara itu, salah satu siswa peserta doa bersama sekaligus pemberi tanda tangan bentuk dukungan kepada Polri, Adam sangat berharap, Polri dapat mengusut tuntas pelaku teror bom bunuh diri di Indonesia. (Kandar)