“Sempat ada perusahaan air mineral mengajukan kontrak mengambil air tersebut, tetapi masyarakat menolak,” kata Supardi.
Upaya pemanfaatan sudah dimulai sejak 2009 silam, saat dirinya belum menjadi kepala desa, bersama kelompok pengelola Sumber Daya Air Cluwak’an mereka membangun bak penampung kucuran air berukuran sekitar 30 meter kubik.
Lanjut Supardi, dengan bantuan Pemerintah melalui Dinas PU, dari bak penampung tersebut kemudian air diangkat dengan menggunakan mesin pompa ke ketinggian sekitar 25 meter menuju Bak 1, lantas dibuat lagi bak reservoir (bak 2) sejauh 300 meter. Tetapi hal ini banyak kendala, karena pipa tidak berbahan besi sehingga tidak awet.
“Jauhnya jarak dari bak 1 ke bak 2 juga membuat debit air menurun, hanya sedikit saja air yang mengalir ke bak 2, hal ini dipengaruhi kemampuan mesin pompa yang tidak sesuai. Selain itu air bocor di pipa saluran, sehingga ketersediaan air di bak 2 tidak banyak,” ulas dia.
Dalam waktu dekat ini, Supardi mengupayakan pengangkatan ulang air dengan mengajukan proposal ke Pemerintah Pusat yang memiliki program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyaraat (Pamsimas) III.
Dia berharap, air nanti sampai ke pemukiman warga, sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat Desa Tepus tidak menjadi permasalahan tiap datangnya musim kemarau.
“Mudah-mudahan tahun 2017 mendatang program dilanjutkan, sehingga 3000-an KK di wilayah kami terbebas dari permasalahan pemenuhan air,” harapnya. (Kandar)