GUNUNGKIDUL, (KH),– Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyelenggarakan lomba baca Kitab Kuning, mulai dari pusat hingga daerah. Meski digunjingkan oleh partai yang merasa mewakili atau representasi santri dan pesantren, mereka percaya diri. Hal tersebut disampaikan anggota DPR RI PKS, H Sukamta, Senin, (27/12/2021) dalam agenda reses di Kapanewon Semanu. Dalam paparan, dia ingin menunjukkan bahwa pandangan terhadap PKS selama ini tak sepenuhnya benar.
Sukamta mengaku pernah mendapat cerita, bahwa PKS selalu dijauhi santri Nahdlatul Ulama (NU).
“Katanya PKS itu Wahabi, tidak ahlussunnah wal jamaah, di dusun-dusun hal seperti ini masih terasa,” kata Sukamta dengan sedikit tersenyum kepada konstituen yang hadir.
Dia melanjutkan, atas berbagai tudingan, PKS tidak perlu menjawab dengan argumentasi terkait mahdzab, kecenderungan aliran, faham dan beragam keterangan lainnya.
“Dengan menggelar lomba membaca Kitab Kuning sudah menjawab semua. DPP PKS juga menggelar Maulid Nabi, membaca barzanji dan seterusnya. Yang mengatakan PKS anti Maulid itu sudah selesai,” tandasnya.
Dia ingin menegaskan, bahwa PKS memiliki roh yang erat juga dengan aliran dan faham NU. Ditandaskan, adanya keraguan dan banyak stigma sebetulnya dari gerakan politik semata, bukan gerakan sosial. Sebab, munculnya pandangan yang menyudutkan, biasanya muncul pada event politik.
Anggota Komisi 1 DPR RI ini bercerita, tudingan biasanya datang dari partai rival. Contohnya, sewaktu digelar lomba membaca Kitab Kuning ada partai yang merasa mewakili santri kebakaran jenggot.
Sehingga, sebelum lomba yang digelar PKS dimulai, partai lain menggelar lebih dulu. Hanya saja yang mengikuti hanya 500.000-an peserta. Sedangkan lomba membaca Kitab Kuning yang digelar PKS pada tahun pertama diikuti 17 juta orang.
“PKS Partai Islam, tetapi dianggap Islamnya berbeda. PKS dituduh punya paham sendiri. Padahal tidak, PKS partai politik, bukan ormas yang mengusng faham fiqih tertentu,” tegas Sukamta.
Berdasar survei, Sukamta ungkapkan, kader dan simpatisan PKS 70 persen tata cara ibadahnya ikut NU, yang 20 persen ikut Muhammadiyah, sisanya ikut macam-macam.
Ditegaskan lagi, PKS bukan mahdzab fiqih. Sebab, PKS merupakan partai politik.
Dia mengklaim, diantaranya dengan gerakan kegiatan lomba Membaca Kitab Kuning yang digelar berjenjang dari tingkat kabupaten hingga pusat membuat banyak partai yang menjadi rival semakin khawatir belakangan ini. (Kandar)