“Ide cerita yang disuguhkan berdasar keresahan orang tua terhadap sikap generasi muda yang minim unggah-ungguh serta mulai lunturnya budaya Jawa,” terang dia.
Menurutnya, ada gap 3 generasi yang terjadi saat ini. Berkaitan dengan ide cerita, belakangan anak-anak muda saat ini minim tata krama. Kurang mengerti bagaimana bersikap dan menjalankan perannya sebagai seorang anak.
Untuk itu, Sidiq menambahkan, Generasi Milenial dapat mengambil peran penting sebagai jembatan antara Gen Z/Alpha dengan Gen Baby Boomer.
“Cerita kami begitu kompleks. Salah satu fokusnya mengenai pentingnya Gen-Milenial untuk meneruskan apa yang sudah diwariskan Gen-Baby Boomer kepada Gen-Z (generasi muda) saat ini. Seperti unggah-ungguh, budaya, dan pola asuh,” tuturnya.
Ia menjelaskan, mulanya ia menggelar riset tentang idealnya anak muda zaman sekarang. Kemudian ia bersama tim temukan bahwa generasi muda sekarang ini cenderung mengesampingkan tata krama, kurangnya sikap menghargai, dan lalai dengan budaya sendiri.
“Dari kenyataan yang ada, kami mulai membangun alur cerita yang sesuai dengan realita anak muda, bahwa mereka justru bangga terhadap budaya luar dan cenderung lupa ajaran dan nilai-nilai budaya lokal. Maka, kami sebagai tim sepakat untuk mengangkat kisah 3 generasi berbeda, mulai dari Gen-Baby Boomer, Gen Milenial, dan Gen Z/Alpha sebagai gambaran betapa pentingnya pendidikan karakter, unggah-ungguh, dan budaya di lingkungan keluarga,” jelasnya.
Dikatakan Sidiq, proses shooting berjalan selama 3 hari dilanjutkan dengan proses editing. Dinamika kejar-kejaran dengan deadline disela sibuknya persiapan tahun ajaran baru dialami tim. Namun demikian, mereka mampu merampungkan video pendek ini dengan hasil yang sangat memuaskan.
Sebelum Video Ngajeni, SMPAM TV juga pernah menerbitkan video pendek berjudul Guru Merdeka dalam Lomba Video Edukasi Tahun 2022 yang diselenggarapan oleh Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul. (Kandar)