GUNUNGKIDUL, (KH),– Komunitas Relawan Gunungkidul, yang biasa menyebut dirinya dengan SAVE RESCUE, merupakan komunitas yang beranggotakan orang-orang yang benar-benar hanya bermodal “rela”. Militansi pengabdian mereka terhadap kemanusiaan, sosial, dan kebencanaan memang patut mendapat apresiasi. Jumlah anggota tetapnya sekitar 40-an orang, dengan latar belakang dan basis pekerjaan yang bervariasi.
Nama komunitas terdiri dari dua suku kata, Save dan Rescue. Save artinya menyimpan atau mengamankan, mempunyai arti sebagai sebuah tindakan pencegahan/ mitigasi, atau bisa di artikan sebagai upaya antisipasi agar tidak terjadi sebuah kejadian kecelakaan atau bencana. Sedangkan Rescue sendiri mengacu kepada sebuah pengertian tentang tindakan/ pengkondisian atau upaya penyelamatan ketika sudah terjadi suatu kejadian kecelakaan atau bencana.
SAVE RESCUE Gunungkidul menempati posko di Jl Baron Dusun Seneng, Kalurahan Siraman, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul. Posko menjadi tempat koordinasi sekaligus berjaga. Terkadang anggota relawan SAVE RESCUE bergabung berkumpul ke ‘posko bersama’ relawan Gunungkidul di dekat Kampus UGK.
Rabu (18/11/2020) siang saat KH bertandang tampak di halaman ‘posko bersama’, 3 mobil model jeep terparkir. Di dalamnya terdapat segala peralatan yang di gunakan untuk aksi pertolongan dan pengkondisian sudah tertata rapi dan sewaktu-waktu siap berangkat jika ada request.
“Jadi relawan itu tidak ada kata persiapan, artinya harus sewaktu waktu siap, rescue itu soal golden time, soal ketepatan waktu,” ujar Agus kenyung (40), koordinator SAVE RESCUE Gunungkidul.
“Contoh kasus ketika harus melakukan pertolongan korban tenggelam, ini bicara soal waktu toleran maksimal manusia harus membuang Karbondioksida dari dalam paru-parunya, golden time-nya hanya 3 menit,” lanjutnya.
Jika sampai batas waktu itu, ungkap Agus, tidak ada pertolongan maka karbondioksida akan masuk ke otak yang mengakibatkan keracunan dan korban bisa meninggal.
“Seperti halnya jika kondisi kedaruratan adalah soal bencana alam, entah itu banjir, tanah longsor atau yang berupa tindakan pencegahan/mitigasi bencana, ketepatan waktu/ fast respon ini sangat penting, ” Jika terlalu lama persiapan, maka waktu akan habis hanya untuk koordinasi, dan pengkondisian di lapangan akan terlambat,” imbuh Tri Nurhadi (43). Ia adalah salah satu anggota SAVE RESCUE dan TAGANA Gunungkidul yang kesehariannya bekerja membuka bengkel mekanik di rumahnya.
Dari keterangan Agus, sistem piket disepakati agar selalu ada anggota yang bersiaga di posko. Hal tersebut mengingat keberagaman pekerjaan masing-masing relawan SAVE RESCUE. Mereka juga memanfaatkan group WA untuk memudahkan koordinasi jika ada request mendadak untuk tanggap darurat bencana. Jika ada informasi masuk, siapapun yang waktunya longgar akan segera berkumpul di posko untuk segera bergerak melakukan pengkondisian di lokasi bencana.
“Tidak ada imbalan finansial apapun di SAVE RESCUE, jadi kami juga tidak bisa menekan atau mengharuskan anggota untuk setiap saat bisa hadir dalam keadaan tanggap darurat, tapi ketika ada anggota yang memang sanggup untuk bergabung dalam sebuah evakuasi, maka dia harus komitmen dalam tugas sampai selesai,” cerita Agus.
Tanpa anggaran dan pembiayaan apapun dari pemerintah, justru dirasakan Agus dan relawan-relawan yang lain sebagai sebuah semangat dan militansi dalam pengabdian mereka. Agus sendiri selain sebagai koordinator SAVE RESCUE, juga bertugas sebagai anggota BPBD DIY. Alat-alat dan kendaraan operasional SAVE RESCUE di dapat dari usaha Agus dan saweran/patungan dari para anggota relawan.
SAVE RESCUE sendiri terbentuk sekitar 10 tahun yang lalu. Berawal dari anak-anak muda yang punya hobi yang sama yaitu Pecinta Alam. Dari berbagai latar belakang, maka secara natural para relawan berbagi ketugasan. Ada yang mengurus dokumentasi, soal administrasi atau soal penanganan pengkondisian/ evakuasi lapangan. Ada satu unit relawan yang mempunyai keahlian unik, yaitu Caving atau penelusuran gua. Oleh koordinator Caving, Edi Guano teman-teman relawan sesame pemilik hoby Caving diajak untuk mempelajari dan memetakan sumber sumber air bawah tanah Gunungkidul. Hasil dari ekplorasi ini nanti bisa sebagai acuan terkait dengan pengangkatan sumber air bawah tanah sebagai salah satu upaya pemenuhan air bersih bagi warga Gunungkidul terlebih saat musim kemarau.