Ia melanjutkan cerita, selain untuk keperluan uang saku, pemberian uang dari kakek Dita sisihkan untuk mewujudkan impiannya. Yakni keinginan untuk memiliki pisau sembelih yang berkelas. Harganya di atas rata-rata pisau sembelih secara umum. Kualitasnya pun tentu yang premium.
Dita tak menampik, dari usaha sate milik keluarga itu pula yang mengantarkannya meraih ijazah dari universitas. Saat kuliah, keterlibatan dalam usaha sate memang seolah berhenti. Namun Dita tetap gigih berkontribusi menjadi seorang marketing. Ia bikin selebaran fotocopian mengenai warung kuliner sate. Disela kuliah ia berikan ke pengendara di persimpangan lampu Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas atau APILL.
Setelah lulus kuliah, dirinya kembali menekuni usaha sate bersama ibunya, terlebih setelah kakek perintis usaha, Mbah Darmo berpulang pada tahun 2002 silam. “Untuk pemasaran, saya kini ikuti trend, bikin akun beberapa medsos dan promosi di sana,” imbuh Dita.
Dirinya mengaku bersyukur, usaha yang dirintis kakeknya dapat dilanjutkan hingga saat ini. Melayani pelanggan yang tak pernah sepi setiap hari. “Tiap hari habis dua ekor kambing, bersyukur tetap bertahan laris,” tukasnya. (Kandar)