Dari 81 peristiwa itu, sebanyak 109 orang menjadi korban. Rinciannya, 98 orang selamat lantas 10 diantaranya meninggal dunia. Sementara 1 lainnya hilang.
“Kecelakaan laut terjadi karena masyarakat dan wisatawan awam dengan fenomena arus retas atau rip current,” kata Sekretaris SAR Wilayah II Gujungkidul, Surisdiyanto, Jum’at, (24/7/2020) disela kegiatan pendampingan penelitian dan pemetaan rip current bersama UGM di Pantai Baron dan sekitarnya.
Menurutnya, kecelakaan laut terjadi karena wisatawan bermain di dekat atau justru tepat di kawasan rip current.
Penelitian rip current dari pihak berkompeten, kata dia, selalu disambut baik. Sebab, hasil dari penelitian dapat dijadikan dasar ketika memberikan imbauan kepada masyarakat atau wisatawan.
Sementara itu, Dosen Program Studi Sarjana Terapan Sistem Informasi Geografis Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM, Hendi Faturohman menjelaskan, penelitian bertujuan hendak mendapatkan data area atau titik mana saja yang berisiko terjadi bahaya arus retas pada tiap pantai.
“Dari hasil pelacakan cairan, diketahui di mana saja zona yang berbahaya. Data ini bisa direkomendasikan kepada wisatawan agar dijauhi karena berpotensi terjadi arus retas,” terang Hendi.
Penelitian yang dilakukan, imbuh Hendi, dilakukan dengan menyuntikkan zat pelarut ke gelombang pantai. Dari situ kemudian dapat terlihat bagian atau titik arus pantai mana yang mengalir cepat dan kuat ke arah selatan. Saat penelitian, pihaknya mendokumentasikan fenomena rip current melalui video dan foto udara. Kelak hasil rekaman tersebut akan dijadikan sarana edukasi.
“Kami harap masyarakat sadar adanya bahaya rip current. Upaya penelitian sekaligus publikasi hasilnya diharapkan dapat menekan risiko kecelakaan laut,” harap Hendi. (Kandar)