GUNUNGKIDUL, (KH),– Ratusan hektar tanaman kedelai hasil penanaman Musim Tanam Pertama (MH1) di Kabupaten Gunungkidul siap dipanen. Panen diawali Selasa (26/12/2022) kemarin pada lahan seluas 5 hektar milik kelompok Tani Sido Maju dan Gayamrejo .
Ketua Gapoktan Sido Maju Bleberan, Sumari menyampaikan, Kedelai varietas Dega yang dipanen berada di lahan Bulak Sawahan.
“Selama proses perawatan tidak banyak dijumpai masalah, begitu juga penanganan pasca panen,” kata Sumari.
Dia menyebut, penanganan kedelai pasca panen sangat terbantu karena kepemilikan alat pengering berupa UV Dryer. Alat milik kelompok tani Gayamrejo tersebut merupakan alat pengering menggunakan plastik ultra violet.
“3 hari dijemur di UV Dryer kedelai sudah kering siap diproses baik untuk konsumsi atau untuk benih,” terang dia.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan para petani yang telah menyukseskan penanaman kedelai pada musim hujan.
“Saat ini merupakan panen perdana kedelai untuk musim tanam MH1 di Gunungkidul, nanti setelah ini akan terus berlanjut panen hingga mencapai 380 ha sampai awal Januari 2023,” ungkap Rismiyadi.
Prediksi dia, akan kembali dipanen pada Bulan Febuari seluas 317 hektar. Kedelai yang dipanen pada Februari nanti merupakan hasil penanaman pada Desember 2022 ini secara tumpang sisih.
“Sebelum tanaman jagung panen kemungkinan kedelai sudah kembali panen,” ujarnya.
Menurutnya, panen pada penghujung tahun ini akan ikut mendukung kebutuhan kedelai momentum Natal dan Tahun Baru.
Adapun harga kedelai saat ini dinilai cukup bagus. Dia berharap kedepan antusiasme para petani dalam menanam kedelai semakin baik.
Lebih jauh disampaikan, pada tahun 2023 nanti direncanakan penanaman kedelai seluas 5.400 Ha. Pihaknya juga menunggu calon petani yang berkeinginan menanam kedelai. Bahkan jika memungkinkan luasan penanaman bisa mencapai 11.000 hektar.
Saat ini Kementan menerapkan 2 jenis kegiatan untuk pengembangan kedelai di tahun 2023, yakni pengembangan kedelai reguler dan korporasi.
Untuk pengembangan kedelai korporasi menggunakan sistem modern yaitu Precision Agriculture dengan dukungan alat modern berupa mesin Colour Shooter. Mesin tersebut digunakan pasca panen. Mesin bisa secara langsung memisahkan kedelai jelek dan bagus lewat pembeda warna.
Rismiyadi pun berharap Gunungkidul kelak bisa menjalankan pengelolaan kedelai Korporasi setidaknya seluas 100 ha. Tentu saja bersamaan dengan penanaman kedelai reguler yang saat ini mencapai 5400 Ha.
Sebagai sentra kedelai, Rismiyadi meminta alokasi kedelai untuk Gunungkidul paling tidak 11.000 ha dengan memanfaatkan kawasan lahan hutan sosial.
Pada panen kedelai perdana tersebut dihadiri perwakilan dari Kementerian Pertanian RI dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DI Yogyakarta.
Selain panen perdana juga dilangsungkan diskusi mengenai pengembangan tanaman kedelai di Gunungkidul. (Kandar)