Produk Blangkon Suratno Diminati Para Seniman

oleh -1527 Dilihat
oleh
Ratno, pengrajin blangkon dari Dusun Bulu Bejiharjo. Foto: Sugeng.
Ratno, pengrajin blangkon dari Dusun Bulu Bejiharjo. Foto: Sugeng.
Ratno, salah satu pengrajin blangkon dari Dusun Bulu Desa Bejiharjo. Foto: Sugeng.

KARANGMOJO,(KH) –Bagi para penggemar iket atau tutup kepala dari kain, nama Suratno warga Padukuhan Bulu RT 10 RW 14 Desa Bejiharjo Karangmojo ternyata sangat familier. Tidak pernah ada yang menyangka, bapak dua anak ini menjadi pengrajin blangkon yang produknya diminati kalangan seniman dalang dan wiyaga hampir seluruh Gunungkidul.

“Modalnya hanya dari mulut ke mulut. Dari satu orang bawa dua orang, dari dua bawa tiga dan seterusnya, dan jarang yang setelah dari sini itu tidak kembali lagi,” ungkap Ratno kepada KH mengenai resep pengenalan produknya.

Tidak hanya di Gunungkidul, sebagian seniman wiyaga dari Jogja dan Sleman juga mengenakan produk hasil karyanya. Di luar daerah, produknya telah dikirim ke Jakarta dan Kalimantan. Ia juga menangani langsung pesanan dari dalang Jogja. “Dari jogja itu dalang Seno Nugroho,” ungkapnya.

Sebelumnya, pria tamatan SD ini bekerja di tempat pengusaha blangkon selama 3 tahun. Ia juga pernah bekerja sebagai penjual onderdil bekas.

Ratno juga mengikuti beberapa kali pelatihan. Dari pelatihan yang diikutinya, ia memperoleh alat-alat seperti kelebut, gunting, tang alat jahit dan perlengkapan lain yang sangat membantu dalam produksi blangkonnya. Kini, bersama dengan seorang karyawan dan istrinya menekuni kerajinan blangkon di rumahnya sendiri.

Ratno membeli bahan iket dari jogja dengan harga bervariasi mulai dari yang harga 20ribu, 50ribu, sampai dengan 250ribu per lembarnya. “Perlembarnya ini bisa jadi 2 buah bangkon, satu blangkon memakan waktu selama 4 jam ” jelasnya.

Ratno menjual blangkon sesuai kondisi bahan baku. “Kalau yang biasa itu 50 ribu, yang di atasnya 100ribu, 150 ribu dan 250 ribu,” ungkapnya.

Berkat kecakapan, keterampilan dan ketekunannya, Ratno mampu memproduksi blangkon model Mataraman, dan juga model lain seperti model Solo, Bali, dan Madura. Dari keempat model tersebut, ia mengaku yang paling sering menjadi bahan pesanan adalah model Mataraman.

Hal yang membedakan produknya dengan produk yang dihasilkan para pengrajin lainnya di dusunnya adalah pada bentuk dan kualitas. Ia mengaku, banyak pelanggan yang puas dengan hasil pekerjaannya.

Untuk meningkatkan pemasaran produknya, ia juga rajin mengikuti beberapa kali pameran, mulai dari kegiatan yang diadakan di desa,  kecamatan, kabupaten. Ia juga pernah menggelar pameran di lokasi-lokasi wisata di Gunungkidul, seperti di Pantai Krakal dan beberapa event di luar daerah.

Saat ini, Ratno juga memproduksi blangkon secara rutin untuk disetor ke beberapa outlet. Tak hanya hanya sekedar memproduksi, Ratno juga pernah diminta mengisi berbagai pelatihan sebagai pengrajin pembuat blangkon.

“Harapannya ya tidak puas sampai di sini. Ke depan, mau melengkapi showroom blangkon dengan surjan dan perlengkapan pakaian adat Jawa”, pungkasnya. (Sugeng)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar