PATUK, (KH),– Palawija merupakan komoditas andalan di Gunungkidul. Sebagian besar petani Gunungkidul setia menanam palawija setiap musim tanam di samping padi sebagai tanaman utama pada musim penghujan.
Menurut catatan statistik Dinas Pertanian dan Pangan (DPP), setiap musim pertanaman, palawija yang dibudidayakan salah satunya kacang tanah. Satu tahun luas tanam dan luas panen kacang di Gunungkidul bisa mencapai 60.000-an hektar.
Sedangkan produktivitas rata-rata bisa mencapai 1.3 ton wose per hektar. Dalam satu tahun kacang tanah biasa ditanam dua hingga tiga kali. Di musim penghujan dilanjut musim tanam kedua lantas sebagian lagi ditanam di musim kemarau terutama yang berada di daerah sepanjang sungai Oya.
Kepala DPP Gunungkidul, Ir. Bambang Wisnu Broto mengungkapkan, Pada musim pertama biasa tertanam kacang tanah seluas kurang lebih 32.000 hektar, sedang di musim tanam kedua kurang lebih mencapai 27.000 hektar kemudian menurun menjadi 500-an hektar di musim kemarau.
“Pada musim tanam 2020 para petani saat ini mulai memasuki masa panen kacang tanah seperti terlihat di Kecamatan Saptosari dan Kecamatan Patuk,” kata dia, Rabu, (12/2/2020) saat melaksanakan monitoring pertanaman dan persiapan panen 2020 di Beji, Patuk.
Salah satu petani, Sagiman menuturkan, ubinan panenan kacang tanah mencapai 4,5 ton kacang tanah polong kering panen per hektar. Menurutnya hasil tersebut sangat memuaskan. Menurut dia harga polong basah sekitar Rp 8.000,- per kilogram sedangkan wose mencapai Rp 22.000 per kilogram.
Yang menarik pada pola budidaya kacangtanah tidak menggunakan pupuk kimia namun menggunakan pupuk organik sejumlah 3 ton untuk tiap hektarnya.
Ir Bambang Wisnu Broto sangat mendukung para petani memilih pupuk organik untuk budidaya tanamannya. Sebab, akan mengurangi ketergantungan pupuk kimia.
“Setelah panen kacang tanah diperkirakan pada akhir Febuari akan dimulai panen raya jagung dengan luas tanam di musim pertama mencapai 45.000 an hektar baik jagung tumpang sari maupun jagung monokultur,” papar Bambang. (Kandar)