Kepala Desa Ngalang, Kaderi, mengatakan, atap atau Jubungan Gubuk Gedhe terbuat dari daun kelapa (blarak). Daun kelapa yang dianyam disebut Gedepe. Struktur bangunan Gubuk tak pernah dibuat permanen. Rangka meliputi tiang dan pilar berbahan bambu.
“Jika upacara telah dikasanakan, 16 Juli nanti, dengan segera Gubuk dibongkar,” terangnya.
Jubungan atau atap bagian tengah dibuat secara bergilir oleh warga di 14 padukuhan di Desa Ngalang. Sehingga setiap dusun akan mendapat giliran 14 tahun sekali. Sementara salah satu dusun membuat Jubungan, 13 dusun lain membuat atap bagian tepi atau emperan.
Tenggang sehari sebelum pelaksanaan upacara adat, warga akan menghias Jubungan agar nampak lebih menarik, melengkapi semaraknya ledhek, hiburan khas yang senantiasa digelar. Segenap rangkaian upacara adat ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa.
“Merupakan wujud syukur warga petani sehabis panen. Kemudian malam hari selepas upacara adat digelar pertunjukan wayang kulit. Disela lakon atau cerita yang disuguhkan dalang pasti disematkan cerita Sri Mulih, “ beber Kaderi.
Sri Mulih, dimana Sri, mengandung arti Dewi Sri atau padi, sementara bahasa jawa mulih diartikan pulang. Lakon wayang ini menggambarkan bahwa petani baru saja menyelesaikan tahapan mata pencaharian sebagai petani yakni memulangkan padi atau panen. (Hari)