Penumpang Dari Wilayah Timur Pilih Naik Bus AKAP

oleh -4297 Dilihat
oleh
Bus angkutan memasuki Terminal Dhaksinarga, Wonosari. KH/ Kandar
Bus angkutan memasuki Terminal Dhaksinarga, Wonosari. KH/ Kandar
Bus angkutan memasuki Terminal Dhaksinarga, Wonosari. KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Seperti tak ada habisnya membicarakan kendala dan faktor penurunan eksistensi usaha jasa angkutan umum di Gunungkidul. setelah adanya keluhan mobil plat merah dan pribadi angkut banyak penumpang dengan alasan teman satu kantor, rekan kerja dan satu tujuan, ternyata masih ada hal lain lagi yang membuat penurunan hasil bisnis ini.

“kalau adanya mobil plat merah bawa penumpang itu yang kasihan teman-teman dengan jam pagi. Dalam setiap paginya kira-kira ada satu bus lebih lho itu,” kata Budiyono, salah satu pemilik Armada angkutan trayek Wonosari-Yogya ini beberapa waktu lalu.

Selain hal itu, ternyata potensi penurunan penumpang disebabkan dengan adanya Bus Antar Kota Antar propinsi (AKAP) atau biasa disebut Bus Purwo dengan jalur trayek dari Batu, Praci-Yogya. Dijelaskan Budiyono, mereka melalui wilayah dengan potensi penumpang tinggi.

“Seperti Rongkop, Girisubo, Ponjong, Semanu dan wilayah timur lainnya. Kalau semestinya setahu saya penumpang dari dan pulang menuju wilayah tersebut ikut trayek dari Wonosar-Yogya,” ujarnya.

Tetapi penumpang enggan, alasannya menurut Budi, karena harga sama, atau bahkan dapat lebih efisien jika ke Yogya ikut Bus Purwo, tidak perlu ke Terminal Wonosari terlebih dahulu.

“Padahal potensi penumpang banyak dari wilayah-wilayah tersebut. Begitu juga dengan waktu pulang penumpang, mereka yang dari Yogya akan pulang ke wilayah itu terkadang memilih Bus Purwo,” katanya lagi.

Terpisah, Terpisah, saat dimintai tanggapan terkait hal ini, Kepala Bidang Transportasi Dishubkominfo Gunungkidul, Kuncoro Budi Santoso mengatakan, anggapan mengenai adanya jatah penumpang tersebut tidak benar.

“Tidak ada namanya jatah penumpang, yang diatur trayeknya, mestinya penumpang bebas memilih, mau naik apapun, AKDP, Angkudes, atau AKAP bebas, bahkan taxi sekalipun kalau ada,” urainya.

Menurutnya, hal tersebut biasa terjadi di jalur trayek yang bersinggungan, sehingga salah satu operator merasa bahwa penumpang di suatu trayek merupakan jatahnya, padahal tidak demikian. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar