Pengakuan Widyaningrum, penurunan penjualan disebabkan serbuan produk batik printing dari luar Gunungkidul. Sehingga batik cap miliknya kalah saing dalam hal harga. “Batik Walang printing memang lebih murah,” tuturnya.
Menurutnya, sejumlah lembaga, dinas, atau instansi semakin jarang yang memesan batik kepada dirinya.Sebenarnya, lanjut Widyaningrum, dirinya bisa saja membuat batik murah dengan metode printing. Akan tetapi dirinya tidak akan melakukannya dan lebih memilih konsisten dengan batik tulis atau cap seperti yang sudah dirintisnya sejak awal.
Harga diakui memang jauh lebih mahal karena menyesuaikan kebutuhan bahan dasar dan proses pembuatan. Batik cap dan tulis Ngawen menggunakan kombinasi bahan pewarna alam dan kimia. Pewarna alami didapat dari getah tumbuhan dan aneka buah.
Ketidaktahuan masyarakat akan perbedaan antara batik cap dan printing menjadi salah satu faktor penurunan penjualan batik. Widyaningrum berharap, ia dipercaya lagi untuk memenuhi pemesanan seragam batik walang di Gunungkidul.
Dilain kesempatan, Bupati Gunungkidul, Badingah, S. Sos menilai support Pemerintah Daerah sudah cukup besar, yakni dengan menjadikan batik walang sebagai seragam dinas PNS dan seragam sekolah. Apabila mengalami penurunan mestinya para pelaku usaha instropeksi.
Terkait berbagai instansi yang saat ini lebih memilih produk batik printing dari luar, Bupati lantas berpesan, hendaknya batik cap lokal juga tidak terlalu mahal dalam memasang harga. Sebab, masyarakat juga sedikit yang tahu mengenai seperti apa batik cap dan seperti apa batik printing itu.
“Mengenai hal ini pelaku usaha bisa lakukan sosialisasi kepada masyarakat,” kata Badingah memberikan arahan. (JNE)