“Ia sosok yang sangat humanis. Selama 31 tahun melayani, dialah sosok yang benar-benar mengajar, dalam menghadapi segala sesuatu selalu dengan lemah lembut,” kenang Brotoyudono, Sabtu, (17/12/2016).
Brotoyudono menambahkan, hari ini di GKJ Wonosari akan dilaksanakan prosesi ibadah Kebaktian Penghiburan, lalu selanjutnya dimakamkan di pemakaman umum Desa Logandeng.
Dalam biografi yang dibuat saat Supiarso memasuki emiritasi awal 2016 lalu menerangkan, bahwa Supiarso dilahirkan di suatu kota kecil yang dahulu masuk Kawedanan Kutoarjo, sekitar 12 kilometer dari Kota Purworejo. Lahir dari keluarga sederhana, ayah dari seorang guru SMP yang bernama Kamiso dan ibunya Susilati.
Lelaki yang dilahirkan pada 8 Desember 1952 ini setelah menikah dengan perempuan yang dicintainya, Rahyuni, dikaruniai 4 orang anak, Rahmat Susatyo Adimuso, Kartiko Adi, Alia Nostalgia, dan Wahyu adi Yuniarso.
Sepeninggal dia, warga GKJ sangat merasa kehilangan dengan sosok yang dulu menjalani pentahbisan sebagai pendeta sejak 10 Januari 1985 silam ini. “Kami kehilangan sosok panutan,” tukas Brotoyudono. (Kandar)