“DIY menyimpan sebuah permasalahan yang harus segera ditangani serius oleh pemerintah. Karena budaya seks bebas di kalangan remaja yang kian meningkat mengakibatkan sejumlah remaja berpotensi terjangkit HIV/AIDS,” ucapnya saat dihubungi via telefon.
Lebih lanjut ia menjelaskan langkah penyuluhan yang diikuti dengan penjelasan secara mendalam mengenai penyakit IMS serta HIV/AIDS dan penularannya ini, bertujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman akan bahayanya seks bebas serta dua penyakit tersebut.
Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar ke depan kalangan remaja lebih memahami bagaimana penularan HIV/AIDS, agar perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS bisa terus ditekan.
”HIV masuk kedalam virus yang sangat berbahaya, maka dari itu hindari seks bebas, serta ketahui bagaimana penyebaran penyakit ini,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Sumitro menerangkan bahwa masyarakat sesungguhnya bisa mengetahui sejak awal apakah diri mereka memiliki resiko HIV/AIDS atau tidak, dengan mengikuti serangkaian tes pemeriksaan dan konseling sukarela yang sering disebut Voluntarry Counselling and Test (VCT).
“Di Gunungkidul sendiri, ada 14 tempat yang melayani VCT, terdiri dari satu Rumah Sakit (RS), yaitu di RS Umum Daerah Wonosari dan 13 Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Untuk masyarakat yang berada di wilayah Puskesmas belum melayani VCT, biasanya akan ke Puskesmas di wilayah lain, yang terdekat,” pungkasnya.
Data KPA Gunungkidul hingga September 2015, ada 214 orang terkena HIV/AIDS. dengan rincian: 45 orang laki-laki pengidap HIV, 37 orang perempuan pengidap HIV. 73 orang laki-laki dan 59 orang perempuan terkena AIDS. Penderita AIDS lebih tinggi ketimbang penderita HIV, karena banyaknya warga yang merantau ke luar daerah, mereka baru pulang dan menetap saat divonis terinfeksi. (Maria Dwianjani)