PATUK, (KH),– Strategi pemasaran produk barang dan jasa semakin berkembang. Salah satu teknik jitu mengenalkan serta bertujuan menarik minat konsumen agar tertarik membeli yakni melalui penamaan produk dengan nama yang nyentrik dan unik.
Seperti yang dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Kemuning di Dusun Kemuning, Kalurahan Bunder, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini. Sejak upaya peningkatan perekonomian dirintis melalui sektor wisata, pengelola merilis produk olahan baru.
Ketua UMKM Desa Wisata Kemuning, Rumiyati mengatakan, nama produk yang dibuat bernama Cangkemu dan Balung Kethek. Cukup aneh. Cangkemu berasal dari bahasa Jawa yang berarti Mulutmu. Sementara Balung Kethek dalam Bahasa Indonesia berarti Tulang Kera.
Cangkemu berupa olahan minuman. Sementara Balung Kethek berupa camilan khas Gunungkidul.
“Pembuatannya sudah lama, dinamakan Cangkemu dan Balung kethek mulai tahun 2016 saat kami mendapat pendampingan dari Astra,” kata dia Rabu (2/6/2021).
Dijabarkan, Cangkemu merupakan akronim dari Secang Kemuning. Produknya berupa Bahan Wedang Secang siap seduh dalam kemasan. Sementara Balung Kethek berupa keripik atau kerecek manggleng berbahan ketela pohon.
Kedua olahan tersebut sudah lama ada. Pengelola lantas mengenalkannya dengan nama atau brand baru. Selain itu juga diberi sentuhan cara pengolahan dan pengemasan lebih modern.
“Pengolahan lebih higienis dan kemasannya modern. Nama baru untuk memantik rasa penasaran publik,” kata Rumiyati.
Penamaan makanan Balung Kethek disebut memiliki latar belakang historis wilayah setempat. Dahulu, warga setempat megandalkan sector pertanian dengan tanaman utama ketela pohon. Ubi menjadi satu-satunya sumber bahan pangan pokok warga setempat. Ada cerita, suatu ketika lahan ketela pohon milik masyarakat diserang kera atau monyet.
“Maka dinamailah dengan Balung Kethek. Nama baru terbutkti meningkatkan penjualan,” imbuh Rumiyati.
Olahan tersebut, sambungnya, melengkapi layanan wahana wisata desa wisata yang menawarkan edukasi pertanian, kesenian dan pengenalan pembutan produk olahan unggulan wilayah setempat.
Di Desa Wisata Kemuning juga disediakan home stay. 6 homne stay yang ada pengelolaannya menjadi satu dengan paket wisata yang dibuka sejak 2016 lalu.
Sejak pengenalan nama dan cara pengolahan yang baru itu, Rumiyati mengakui terdapat peningkatan penjualan. Dalam sebulan, Secang Kemuning terjual antara 150 hingga 200-an bungkus. Sementara Balung Kethek laku ratusan bungkus. Sementara untuk krecek mentah siap goreng terjulang hingga 60-an kilogram.
“Secang Kemuning per box isi 5 sachet Rp15.000,00. Balung Kethek kemasan seberat 70 gram dijual dengan harga Rp15.000,00. Krecek yang mentah satu kilogram harganya Rp20.000,00,” rinci Rumiyati.
Kelomok UMKM di Dusun Kemuning saat ini memiliki 12 anggota. Mereka dapat memproduksi olahan tersebut dari rumah masing-masing atau secara berkelompok.
Sasaran penjualan, selain dititipkan di Bengkel Astra di DIY, juga dikirim ke berbagai took oleh-oleh di seputar Gunungkidul dan DIY.
“Kami juga jual di berbagai marketplace yang populer di Indoensia,” tukas Rumiyati. (Kandar)