WONOSARI, (KH)— Tak ingin menyia-nyiakan musim libur panjang awal mei ini, sejumlah pedagang dengan lapak tidak permanen memadati jalur Wonosari-Baron, atau jalur utama menuju pantai lainnya.
Dari sekian banyak pedagang, hampir keseluruhan mereka menjajakan makanan khas Gunungkidul, Belalang goreng. Tak tanggung-tanggung, kenaikan jumlah pedagang diprediksi hingga mencapai 4 kali lipat dari biasanya.
Sularno, salah satu pedagang berujar, hal semacam ini wajar terjadi dari tahun ke tahun sejak tahun 2000-an silam. Pasalnya, geliat wisata benar-benar dapat memberikan mereka mendapat tambahan penghasilan.
“hari biasa, sejak dari Wilayah Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari hingga Mentel, Kecamatan Tepus, kisaran pedagang ada 50-an. Sedangkan saat libur panjang seperti saat ini jumlahnya mencapai 200-an lebih,” tutur dia, Sabtu, (7/5/2016).
Pekerjaan utama, terang dia, sebgai tukang batu atau buruh serabutan di kota-kota luar Gunungkidul. akan tetapi, saat hari libur semacam ini, ia memilih menirukan istrinya jualan Belalang goreng. Disampaikan, menjual belalang seakan telah menjadi pekerjaan tetap istrinya sejak beberapa tahun lalu.
Ia mengaku, mendapat keuntungan antara Rp. 3 hingga Rp. 5 ribu setiap kali satu kemasan toples atau plastik Belalang laku terjual.
“Kita ambil dari pemasak di dekat kami tinggal, Pacarejo, Semanu, Gunungkidul. memang sebagian besar pedagang dari wilayah kami,” terang Sularno.
Dari satu kemasan platik dengan isi belasan Belalang goreng itu ia tawarkan kepada wisatawan antara Rp. 7 hingga 10 ribu. Sedangkan kemasan toples antara Rp. 25 ribu hingga Rp. 30 ribu. “Ya kalau dihitung-hitung, dengan harga daging mahal ini. Nyatanya, hingga pukul 19.00 WIB malam kemarin istri saya dapat menjual 17 toples,” kata dia lagi.
Menjadi pemandangan yang lumrah, ketika pagi mereka berada di sisi sebelah timur jalan, mereka pun bergeser agar ke utara hingga wilayah Desa Karangrejek. Selepas tengah hari, maka mereka akan pindah ke sebelah barat jalan serta bergeser agak ke selatan hingga Mentel, Tepus atau Desa Kemadang, Tanjungsari. Hal ini menyesuaikan waktu berangkat dan pulang wisatawan.
Sularno merasa, hari libur panjang bagi kebanyakan orang, maka saat itulah ia bersama istrinya seakan memiliki semangat yang lebih untuk menangkap peluang mendapatkan tambahan rezeki. (Kandar)