Pasar Bedoyo, Pasar Palawija di Perbatasan Timur Gunungkidul

oleh -13813 Dilihat
oleh
Pasar Bedoyo saat hari Pasaran Pahing. KH/ Edo
Pasar Bedoyo saat hari Pasaran Pahing. KH/ Edo
Pasar Bedoyo saat hari Pasaran Pahing. KH/ Edo

PONJONG, (KH) — Pasar Bedoyo merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong. Pasar yang berada di daerah perbatasan antara kabupaten Gunungkidul dengan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri ini memiliki luas keseluruhan 850 meter persegi.

Pasar yang menjadi bagian dari Kemantren Pasar Ponjong ini ramai setiap hari pasaran Pahing. Mahendra selaku Lurah Pasar mengatakan, ada 70 pedagang berjualan setiap hari pasaran.Dari keseluruhan barang yang diperjual-belikan, di antaranya merupakan hasil dari pertanian. Dilihat dari asalnya, sebagian besar merupakan barang dari luar Kabupaten Gunungkidul.

Pedagang yang menempati los pasar dikenakan biata sewa Rp.200,00, dan di plataran pasar dikenai karcis retribusi Rp 150,00. Berbagai macam barang diperjualbelikan d ipasar ini, seperti: pakaian, palawija, sembako, sayuran, hasil pertanian dan makanan tradisional. Mahendra menambahkan, bahwa Pasar Bedoyo ini dikenal dengan pasar palawija, atau dikenal juga sebagai pasar musiman, karena barang dagangan yang diperjualbelikan selain mengikuti musim pertanian atau perkebunan juga mengikuti trend pasar.

Legio (50), salah satu pedagang yang berasal dari Pracimantoro  mengatakan, ia sudah berjualan aneka sepatu dan tas sejak umur 20 tahun. Ia berjualan menggunakan mobil dari Ponjong. “Kalau ramai, omset bisa mencapai 150 ribu per hari, kalau pas sepi kadang-kadang bisa rugi untuk biaya operasional ,” ungkapnya.

Hal berbeda diungkapkan Paryati (55), pedagang minyak kelapa dari Pracimantoro ini berangkat berjualan menggunakan mobil rombongan. Ia menceritakan membayar biaya transpor sebesar Rp 8.000,00 untuk sampai di Pasar Bedoyo. Minyak kelapa buatannya ini dijual dengan harga Rp 7.000,00 per ons.

“Setiap kali berangkat berjualan, biasanya membawa minyak yang dibuat dari 20-an kelapa,” jelas Paryati, Rabu, (17/2/2016). (Edo).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar