TANJUNGSARI, (KH),– Masyarakat petani di zona selatan Gunungkidul biasa menebar benih padi (gabah) menjelang turun hujan. Kebiasaan memulai musim tanam meski hujan belum turun tersebut bukan untung-untungan, namun dilakukan penuh pertimbangan.
Seperti dilakukan Prapto Wiyono (65) warga Dusun Guyangan, Desa Kemiri, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul ini, sebelum Ngawu-awu dirinya mengamati posisi bintang Luku atau yang lazim disebut Bintang Orion.
Menurut Prapto, Rasi Bintang Orion menjadi pertanda kapan waktu Ngawu-awu akan dimulai. “Lintang Luku saat dini hari kelihatan di langit, posisinya cenderung di tengah. Saat menjalang matahari terbit nampak jelas di langit di sisi barat,” jelas Prapto menggambarkan posisi Lintang Luku yang menjadi patokan Ngawu-awu belum lama ini.
Jika petunjuk berdasar posisi Lintang Luku didapat, secara kolektif masyarakat akan memulai menebar benih. Ia dan banyak warga yang lain meyakini bahwa hujan akan segera tiba.
Lebih jauh disampaikan, Ngawu-awu memiliki risiko gagal. Kegagalan terjadi jika hujan pembuka turun lantas berhenti dalam waktu yang lama. Sebab, hujan perdana akan menumbuhkan benih padi, namun ketika hujan berhenti terlalu lama maka padi yang tumbuh akan mati.
“JIka itu terjadi maka akan segera diganti menanam benih tanaman lain, yakni Jagung atau kacang,” ungkap Prapto. Jika Ngawu-awu gagal, masyarakat tidak akan mengulangi lagi menanam benih padi. Sebab, sambung Prapto, tanah garapan yang terdapat benih padi mati jika diulangi ditanami padi kembali tidak akan memberikan hasil yang baik. Dengan tidak mengulangi menanam benih, sehingga dipastikan tidak ada panen padi tahun ini.
Prapto, dan petani lain telah siap dengan risiko gagal atas benih padi yang ditanam secara Ngawu-awu. “Katakanlah dihitung kehilangan benih padi dan operasional tenaga penanaman seolah terbuang, ya itu biasa. Nggak apa-apa,” tandas Prapto.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras, maka Prapto akan membeli. Termasuk menjual hasil panen kacang atau jagung untuk membeli beras.
Saat ditemui di alas Wetan Nggintugan ia berharap, setelah hujan pertama kali turun terus berlanjut tidak berhenti hingga tanaman padi yang ditanam dengan cara membuat larikan kelak berhasil panen. (Kandar)