Menuju Tempat Karantina Di Hutan Wanagama, Ambulan Sempat Dihadang Warga

oleh -
Dua ambulan kesulitan berpapasan saat melewati jalur alternatif menuju wisma di hutan Wanagama. (Doc. PMI)

PLAYEN, (KH),– Keprihatinan disampaikan Palang Merah Indonesia (PMI) Gunungkidul atas insiden penghadangan ambulan yang hendak menuju tempat karantina di Hutan Wanagama, Kecamatan Playen, Gunungkidul.

Kepala PMI Gunungkidul, Iswandoyo menyebutkan, penghadangan sempat terjadi sebanyak dua kali. “Bukan hanya ambulan PMI yang hilir mudik ke sana, tetapi ada dari Gunungkidul Emergency Service (GES) dan ambulan rumah sakit,” jelas dia.

Ambulan diantaranya hendak mengantar warga yang akan menjalani karantina di wisma milik Universitas Gadjah Mada (UGM) di Hutan Wanagama setelah hasil rapid tes reaktif. Selain itu, ambulan juga terkadang melakukan penjemputan warga dari Wanagama menuju rumah sakit manakala tes swab-nya positif.

Dia menerangkan, penghadangan justru terjadi di posko relawan Desa Banaran, Playen, Gunungkidul. Ia menyebut mobilitas ambulan dianggap membuat warga resah. Iswandoyo mengaku prihatin dan kecewa atas respon warga. Padahal ambulan sebatas melintas.

Ambulan Diminta Melewati Jalur Lain Saat Menuju Tempat Karantina

Permintaan warga agar ambulan melewati jalur lain untuk menghindari Desa Banaran dianggap membahayakan. Ambulan sempat mencoba beberapa kali mengambil jalur yang diinginkan warga. Melalaui jalan Yogya-Wonosari lantas masuk ke kiri saat sampai di Kawasan Rest Area Bunder menuju wisma Wanagama.

“Jalur lain melewati hutan cukup berisiko. Jalan licin dan sempit. Justru membahayan pengemudi dan pasien,” keluh dia. Jika ambulan bertemu dengan kendaraan dari lawan arah cukup sulit berpapasan.

Beberapa pihak berusaha mencari solusi atas persoalan tersebut. Pihak kecamatan, Polsek, Polres dan Kodim serta PMI turun melakukan koordinasi dengan warga.

Menurut Iswandoyo, dari hasil musyawarah, warga menghendaki agar ambulan tidak menyalakan sirine, menutup rapat kendaraan saat melintas, serta pengemudi atau petugas medis tidak diperbolehkan berhenti dan turun di desa setempat.

“Kami juga diminta menempel sticker yang memberi keterangan bahwa yang melintas tenaga medis. Kami sanggup menempel sticker itu,” imbuh dia. Warga, sambung Iswandoyo, juga mengaku butuh edukasi agar tidak resah.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar