Menilik Beberapa Kiprah Wahyu Purwanto Di Gunungkidul

oleh -3037 Dilihat
oleh
Divisi Cold Storage Projomino, Fahrudin Alrozi bersama Dr Wahyu Purwanto MSIE. meninjau cold storage. (KH/ Kandar)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Delapan tahun menjadi Rektor Universitas Gunung Kidul (UGK), dari tahun 2009 sampai 2017 membuat Wahyu Purwanto, mengaku mengerti dan memahami apa yang dirasakan dan diinginkan masyarakat Gunungkidul. Bermodal beraneka hal yang dipahami itu, dirinya berusaha melakukan beberapa tindakan di bumi Handayani, mulai dari kepedulian seputar alam dan lingkungan hingga pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Usaha mengembalikan Gunungkidul sebagai penghasil kayu jati yang unggul, dan mengembalikan keseimbangan ekosistem, Wahyu Purwanto pernah menginisiasi penanaman sekitar 45.000 pohon terdiri dari bibit jambu, jati, dan akasia di 5 bukit karst wilayah Ponjong. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo, pada 9 Desember 2017  lalu.

Tak hanya itu, dilihat dari laman wahyupurwanto.id, dirinya pernah mengupayakan warga untuk memperoleh hak dasarnya, diantaranya memperoleh air dengan melakukan pengeboran di sejumlah titik, salah satunya di Desa Beji, Kecamatan Patuk. Tak hanya untuk air bersih, air yang keluar dari kedalaman 50 meter ini digunakan juga untuk lahan pertanian.

Adapun dibidang pertanian, bersama dengan warga Dusun Gunungkunir, Desa Candirejo, Semanu, dan Lembaga Kebun Insinyur dirinya mendampingi pengembangkan kebun buah dengan dua jenis tanaman, yakni durian dan kelengkeng.

Wahyu Purwanto mengatakan, pemilihan kerjasama pengembangan kebun buah di Gunungkunir karena di wilayah ini masih banyak warga kurang mampu. Diharapkan dengan upaya pemberdayaan tersebut kesejahteraan masyarakat bisa meningkat.

Menurut dia, untuk pengembangan kebun buah, terdapat teknologi terapan sehingga dapat mendongkrak hasil dari budidaya tanaman buah. “Salah satunya masalah durasi panen, dengan teknologi penghormonan, durian atau kelengkeng yang ditanam bisa dipanen tanpa mengenal musim,” katanya.

Sementara itu, untuk bidang pendidikan, Pembina Yayasan Pendidikan Mahisa Agni ini mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mahisa Agni di Dusun Sayangan, Desa Bandung, Kecamatan Playen. Sekolah ini menawarkan konpetensi keahlian keperawatan sosial (social care).

Para siswa dididik untuk terampil dalam perawatan dan pelayanan lansia, pengasuhan dan advokasi anak, rehabilitasi sosial adiksi korban zat NAPZA. Lapangan pekerjaannya, care giver (geriatri), day care (pediatri), rumah rehabilitas, dinas sosial, dan rumah singgah.

“Kami telah menjalin kerjasama dengan Galilea Elkana dan Yayasan An Nur Srimpi untuk praktik lapangan para siswa,” ujar Wahyu dikutip dari laman wahyupurwanto.id.

Adanya potensi Gunungkidul yakni berupa garis pantai sepanjang puluhan kilometer, Wahyu terus mendorong nelayan untuk meningkatkan hasil produksi ikan. Terlebih dengan adanya keberadaan cold storage di sekitar Pelabuhan Sadeng, Girisubo. Ia sangat berharap bermanfaat optimal bagi nelayan. Oleh karenanya, ia pernah menyempatkan diri untuk meninjau bagaimana proses produksi cold storage itu. “Jangan sampai mangkrak karena potensinya bagus. Sarana dan prasarananya dapat meningkatkan masa simpan. Keberadaannya jelas berpotensi meningkatkan kesejahteraan nelayan,” kata dia.

Pihaknya mengaku siap menyediakan pasar untuk hasil produksi ikan dari Sadeng, salah satunya untuk di ekspor ke Tiongkok. “Tiongkok butuh ikan layur dan potensi pasar ini bisa dimanfaatkan,” tukas Wahyu. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar