GUNUNGKIDUL, (KH),– Wakil Bupati Gunungkidul, Dr. H. Immawan Wahyudi, M.H., memimpin upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-74 PGRI, di Alun-alun Wonosari, Senin, (25/11) pagi. Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-74 PGRI yang jatuh pada 25 November bertemakan “Peran Strategis Guru Dalam Mewujudkan SDM Indonesia Unggul”
Upacara dihadiri Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah, S.Sos., DPRD, Forkopimda, Sekda, Pimpinan OPD serta peserta upacara PGRI dari 18 kecamatan.
Isi pidato Mendikbud, Nadiem Makarim, sebanyak 2 halaman yang dibacakan Wakil Bupati, Immawan Wahyudi, banyak berbicara soal tugas dan fungsi guru yang kadang terbentur oleh sistem dan berbagai tanggung jawab administrasi.
“Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas,” kata Mendikbud.
Mendikbud juga mengaku tak akan memberi janji kosong kepada guru dan pendidikan di Indonesia.
“Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada Anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia,” kata Nadiem.
Lebih lanjut dikatakan Nadiem, apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.
Usai upacara, Wakil Bupati didampingi Ketua PGRI Gunungkidul menyerahkan sejumlah penghargaan kepada Guru yang mengikuti Pekan Olahraga (POR) Guru serta Penghargaan bagi guru berprestasi dari berbagai jenjang.
Sementara itu, pendidik di SMPN 1 Ponjong, Dra Tutik Suprapti membenarkan apa yang disampaikan Mendikbud dalam pidato HGN. Menurutnya guru memang terlalu banyak beban administratif mengajar.
“Untuk satu kali mengajar dibutuhkan RPP berlembar-lembar yang menurut saya sebenarnya bisa lebih dibuat sederhana,” kata Tutik.
Hal lain yang dikomentari yakni soal pembelajaran Bahasa Inggris. Menurutnya, tak hanya dari SD namun lebih baik Bahasa Inggris diberikan sejak TK. “Jika bahasa Inggris sudah menjadi budaya pada kita tanpa meninggalkan bahasa nasional dan bahasa daerah masing-masing, harapannya anak-anak kita akan lebih berprestasi dan mudah bergaul di arena Internasional,” harap dia.
Pelajar, sambung Tutik, bisa mengungkapkan pemikiran-pemikirannya saat bergaul dengan warga bangsa lain dengan lebih lancar karena tidak lagi terkendala soal bahasa.
Pendidik di SMAN 1 Tanjungsari, Afandi Setiawan menyambut baik pernyataan Nadiem. Ia mengaku telah lama merasakan tugasnya terbentur kewajiban administrasi pembelajaran yang menyita waktu dan energi. “Sangat sepakat dengan pernyataan Mendikbud, administrasi pembelajaran yang bertumpuk sangat tidak efektif,” kata dia. (Kandar)