PALIYAN, (KH) — Sistem tebar benih secara tonjo semakin banyak digunakan oleh petani dalam menyebar benih pada awal musim hujan. Petani menganggap cara ini lebih efisien dibanding dengan cara disebarkan.
Sistem tonjo adalah sistem bertanam di mana petani membuat satu persatu lubang untuk ditanami benih. Salah satu petani asal Padukuhan Giring, Rejo suwito (47) menjelaskan, jika menanam dengan menggunakan sistem tonjo, benih dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara disebar.
“Sistem tonjo juga membuat padi yang ditanam tumbuh rapi dan bisa bertambah saat sudah bertumbuh.”, katanya, Jumat (14/11/2014).
Adapun alat dalam melakukan sistem tonjo adalah bambu atau kayu yang diruncingkan pada pangkalnya. “Pangkal kayu yang runcing tersebut, yang akan digunakan untuk alat mebuat lubang dengan kedalaman kurang lebih 5 cm.”, paparnya.
Menurut petani lain, Sawijem (38) sebagian besar petani Desa Giring memang lebih memilih menanam padi dengan sistem tersebut. Sistem tonjo selalu tepat jika diterapkan dalam sawah tadah hujan. “Jika menggunakan sistem sebar secara acak, saat memanen nanti juga akan susah karena padi tumbuh tidak beraturan.”, katanya.
Di dalam sistem tonjo, bibit akan tumbuh rapi, sejajar sesuai dengan lubangan yang dibuat oleh petani. “Memang, untuk sistem tonjo ini lebih banyak memakan waktu dibanding dengan sistem tebar benih. Namun hasilnya menurut para petani lebih baik jika ditonjo.”, imbuh ibu dua orang anak tersebut.
Sawijem mengatakan, setelah lubangan hasil tonjo tersedia satu persatu dimasuki benih padi. Lubangan yang sudah berisi benih padi kemudian di tutup menggunakan tanah setelah tanah diolah dengan pupuk kandang.
“Selain hasilnya lebih baik, cara ini juga dapat membuat benih mampu bertahan di saat turunnya hujan mengalami jeda beberapa bulan seperti tahun lalu.”, pungkasnya.(Atmaja/Tty)