Lurah Putat Relakan Gamelannya untuk Para Pelajar

oleh -3114 Dilihat
oleh

PATUK, kabarhandayani.– Alunan suara gamelan terdengar dari Sanggar Karawitan Kenoko Laras yang terletak di Padukuhan Putat Wetan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Nampak sejumlah anak-anak usia sekolah memainkan gamelan yang ada di sanggar tersebut.

Pemilik berbagai macam instrumen gamelan tersebut adalah Rusbandi yang saat ini menjabat sebagai Kepala Desa Putat. Ruangan beserta gamelan milik pribadinya ini sering kali menjadi lokasi dan sarana latihan karawitan oleh anak-anak sekolah. Ia mengaku secara suka rela memperbolehkan siapapun yang ingin belajar di sanggar tersebut dengan menggunakan gamelan miliknya.

Berawal dari kecintaannya terhadap gamelan, wayang, uyon-uyon dan kethoprak, ia membeli alat tersebut pada tahun 2000 dan melakukan pembaharuan pada tahun 2007. Melihat kondisi sekolah-sekolah di Desa Putat belum mempunyai alat gamelan sendiri dan atas komitmennya terhadap sekolah yang mengajarkan seni karawitan kepada peserta didiknya, ia turut berkontribusi dengan membuka pintu bagi siapapun untuk belajar di sanggarnya.

“Dari dulu saya suka dengan wayang dan gamelan. Apa yang saya miliki adalah upaya untuk melestarikan budaya. Anak-anak sekolah pun boleh rutin berlatih di sini,” ungkapnya pada Rabu (2/7/204).

Berdasarkan keterangan Rusbandi, seluruh sekolah dari berbagai jenjang pendidikan yang ada di Desa Putat belum memiliki gamelan, oleh karena itu hampir setiap hari ada saja alunan gamelan yang terdengar dari sanggar yang berada di sisi rumahnya. Waktu latihan pun bergiliran disesuaikan dengan jadwal yang ditelah ditetapkan oleh masing-masing sekolah.

Rusbandi memaparkan, sekolah yang menggunakan sanggarnya untuk karawitan diantaranya SMK Muhammadiyah 1 Patuk, SMP N 2 Patuk, SMP N 3 Patuk dan SD yang ada di Desa Putat. Selain itu, ibu-ibu PKK dan karang taruna juga menggunakan gamelan tersebut untuk latihan.

Rusbandi menjelaskan, terdapat dua set gamelan yang ada di Desa Putat dengan lokasi yang terpisah dalam dua tempat. Satu set gamelan adalah milik pribadinya dan satu set gamelan yang lain adalah bantuan dari Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2000 dan menjadi milik desa. Gamelan tersebut kini diletakkan di Padukuhan Bobung untuk mendukung desa wisata tersebut.

Menurut Rusbandi, para pelajar dan masyarakat memiliki semangat yang tinggi dalam belajar seni karawitan. Hal itu nampak terlihat dari sanggar yang hampir setiap hari tidak pernah sepi dari pelajar ataupun warga yang secara bergantian melakukan latihan. Nampak pula para pelajar sudah mulai terampil dalam memainkannya sehingga alunan suara yang muncul dari gamelan tersebut terdengar merdu di telinga.

“Desa Putat ini merupakan desa wisata budaya yang tentunya akan lebih baik jika warga masyarakat tahu dan dapat memainkan alat tradisional ini. Selain itu, untuk menumbuhkan kecintaan para pelajar terhadap budaya, para pelajar harus mempelajari seni karawitan,” jelasnya. (Mutiya/Hfs)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar