Legenda Gunung Bagus Desa Giring Paliyan

oleh -80128 Dilihat
oleh
Jalan setapak naik menuju Pasarean di Gunung Bagus. KH/ Kandar.

PALIYAN, (KH),– Gunung Bagus adalah nama sebuah perbukitan dengan tutupan lahan berupa wilayah kehutanan yang berada di Desa Giring Kecamatan Paliyan. Nama Gunung Bagus diyakini oleh masyarakat setempat sebagai sebuah petilasan seorang tokoh pada jaman dulu yang bersemedi sampai akhir hayat dan jasadnya dimakamkan di tempat tersebut. Secara fisik,  kawasan Gunung Bagus terletak di RPH (Resor Pemangkuan Hutan) Giring Kecamatan Paliyan Kabupaten Gunungkidul. Tepatnya berada beberapa ratus meter di sebelah selatan Balai Desa Giring.

Hasil observasi lapangan menunjukkan, di puncak bukit tersebut terdapat bangunan berupa makam atau petilasan sehingga kawasan juga biasa disebut Pasarean Gunung Bagus. Di pasarean terdapat tiga nisan yang berada di dalam sebuah bangunan rumah dengan luas 8 x 10 meter persegi.

Pada masing-masing nisan terdapat papan nama. Nisan yang di tengah bertuliskan Jaka Tarub, sementara nisan di sebelah timur bertuliskan Bondan Gejawan dan nisan di sebelah barat bertuliskan Dewi Nawangsih.

KH berupaya menggali keterangan, bagaimana sebenarnya kisah tentang petilasan atau pesarean Gunung Bagus ini. Berdasarkan petunjuk Endri Sutrisno juru rawat petilasan tersebut, KH dipertemukan dengan Karsiyo, petugas RPH Giring yang mengetahui seluk-beluk kisah Pesarean Gunung Bagus.

Karsiyo, petugas RPH Giring yang memiliki nama tua Endro ini memaparkan kisah terkait dengan Pesarean Gunung Bagus. Menurut penjelasannya, satu dari tiga makam atau petilasan tersebut adalah Bondan Gejawan merupakan putra raja Mataram Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwana ke II. Ia menjelaskan, Bondan Gejawan memiliki nama asli Raden Bagus Santiko.

Lebih lanjut Endro menceritakan, Raden Bagus Santiko setelah meninggal dinamakan Bondan Gejawan, sebab ia adalah sosok pria yang sangat tampan. Bondan bermakna tampan atau nama yang baik disematkan bagi anak laki-laki. Sedangkan Gejawan dapat diartikan Jawa atau yang memiliki maksud asal usulnya dari Jawa.

Endro melanjutkan penjelasan, saat masih tinggal di Surakarta Bagus Santiko menderita penyakit kulit/ cacar yang menular. Untuk menghindari penularan penyakit yang semakin meluas, pihak kerajaan menghendaki agar Raden Bagus Santiko pergi dari kerajaan.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar