TEPUS, (KH),– Waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB. Hangat sinar mentari berangsur menjadi terik yang menyengat. Suasana dan rutinitas warga Padukuhan Singkil, Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul berjalan seperti biasa. Sebagian warga dusun berduyun-duyun pulang dari ladang. Karena memang tak banyak yang dikerjakan dimusim peralihan dari penghujan menuju kemarau ini.
Begitu juga dengan Sumarsiyem (46). Meski waktu belum sampai tengah hari ia pulang ke rumah. Usai menaruh peralatan tani, Sumarsiyem mencari suaminya, Sumadiyo Harso Suwito (73). Sumadiyo berada di rumah saat Sumarsiyem ke ladang. Ia lebih banyak di rumah. Tak banyak melakukan pekerjaan layaknya petani seperti warga dusun yang lain. Sebab, ia menderita sakit mata menahun.
Tak ada firasat apapun yang dirasakan Sumarsiyem sebelumnya. Saat Sumadiyo dicari di rumah tak kunjung ditemukan, ia mendadak sedikit merasa ganjil. Tak biasanya suaminya sulit dicari. Lantas upaya mencari di luar rumah dilakukan. Kaget bukan kepalang, ia mendapati suaminya menggantung di pohon trembesi dalam kondisi tak bernyawa. Sumadiyo gantung diri menggunakan tali bambu di lereng bukit di samping kediamannya.
Peristiwa tersebut mendadak membuat gempar. Seperti kejaidan serupa pada umumnya. Petugas Polsek setempat dan petugas medis melakukan pemeriksaan. Setelah dipastikan tidak ada tanda-tanda penganiayaan, jasad Sumadiyo diserahkan kembali ke keluarganya untuk dimakamkan.
Kapolsek Tepus, AKP. Mustaqim, SH mengatakan, berdasar keterangan pihak keluarga, Sumadiyo diduga mengalami depresi atas sakit mata yang diderita sejak lama. Karena tak kunjung sembuh, Sumadiyo kemudian melakukan gantung diri.
“Pagi hari ia mengeluh matanya sakit. Sempat pula menyuruh istrinya dan anggota keluarga yang lain untuk berangkat ke ladang,” tutur Kapolsek, (5/4/2019) menceritakan hasil keterangan keluarga Sumadiyo.
Sepertinya, lanjut Kapolsek, saat menyuruh istrinya agar ke ladang, Sumadiyo telah menyembunyikan niat bunuh diri. (Kandar)