GUNUNGKIDUL, (KH),– Sebagian wilayah Gunungkidul masih mengandalkan air tangki swasta saat kemarau. Fakta tersebut salah satunya terdapat di Padukuhan Banyumanik di Kalurahan Pacarejo, Semanu, Gunungkidul.
Dukuh setempat, Giyanto saat ditemui belum lama ini mengatakan, pipa PDAM memang telah masuk ke wilayahnya sejak 2017. Hanya saja, air hanya mengalir sekitar 5 bulan.
“Setelah itu tak memgalir lagi sampai sekarang,” keluhnya.
Tak hanya itu, pengeboran juga pernah dilakukan sampai 3 kali. Namun, sumber air bawah tanah tak kunjung ditemukan.
“Kawasan sini sepertinya tak ada sumber air di dalam tanah. Mungkin butuh pengeboran yang sangat dalam,” sambung Giyanto.
Dia menambahkan, praktis, beli air tangi dari penjual swasta menjadi solusi pemenuhan air hingga saat ini.
Bagi masyarakat khususnya petani, membeli air tangki tak bisa dianggap sepele. Mereka harus menyiapkan anggaran khsusus.
“Ya terpaksa menjual ternak, biasanya kambing,” tuturnya.
Air 1 tangki dengan kapasitas 5 ribu liter sampai di wilayahnya senilai Rp100 ribu. Air tersebut rata-rata habis dalam sepekan. Sebab, tak hanya untuk kebutuhan rumah tangga saja. Akan tetapi juga untuk kebutuhan ternak.
“Saya sudah habis sekitar 10 tangki,” ujarnya.
Pamewu Semanu, Emmanuel Krisna Juwoto membenarkan, sebagian wilayahnya memang masih ada yang tak mudah dalam mendapatkan air bersih.
“Wilayah Piyuyon, Kalurahan Pacarejo sebagian juga harus beli air tangki,” tuturnya.
Selain dropping dari pemerintah, bantuan sosial air bersih sangat dibutuhkan apabila kemarau datang.
Belum lama ini, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN) memberikan bantuan air bersih untuk warga Banyumanik. Warga sangat berterimaKsih dengan adanya bantuan air tersebut. (Kandar)