WONOSARI, (KH),– Kekeringan akibat dampak musim kemarau di Kabupaten Gunungkidul diprediksi akan terjadi hingga pertengahan Bulan Oktober mendatang.
Kepala Seksi Logistik dan Kedaruratan , Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Sutaryono mengatakan, prediksi tersebut dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa prediksi hujan wilayah Gunungkidul terjadi pada pertangan Bulan Oktober.
Untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang terus meluas, BPBD Kabupaten Gunungkidul terus melalukan penyaluran air bersih atau droping air. Droping air saat ini telah dilakukan di 38 desa di tujuh kecamatan di Kabupaten Gunungkidul.
“BMKG menyebutkan musim kemarau akan terjadi pada pertengahan Oktober mendatang,” kata Taryono di kantornya, Selasa 25 Juli 2017.
Pihaknya menargetkan 3.000 rit bantuan air bersih tersalurkan hingga bulan Oktober mendatang. Bahkan, sampai akhir bulan Juli ini, BPBD telah melakukan dropping air sekitar 600 rit diberikan pada daerah yang mengalami krisis air.
“Sementara anggaran droping air ada Rp. 600 juta. Namun jumlah tersebut tentunya masih bisa berubah seiring dengan kebutuhan,” tegasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Budi Harjo menegaskan, pihaknya mengaku keterbatasan armada tangki yang ada yakni 7 unit hanya mampu melayani 35 desa yang dianggap tidak mampu memenuhi seluruh wilayah yang membutuhkan air bersih.
“Meski ada keterbatasan armada kita tetap melakukan dropping sesuai permintaan desa” paparnya.
Data dari awal BPBD Gunungkidul menyebutkan, dari 7 kecamatan rawan kekeringan terdapat 32 desa rawan kekeringan yang meliputi 254 padukuhan. Dari jumlah tersebut terdapat 9.046 kepala keluarga atau 45.230 jiwa. Namun data tersebut telah berubah seiring bertambahnya permintaan dropping air dari kecamatan Nglipar dan Gedangsari.
“Tujuh Kecamatan yang memiliki rawan kekeringan tertinggi berada di Girisubo, Rongkop, Paliyan, Tanjungsari, Tepus, Panggang dan Kecamatan Purwosari. (Wibowo).