RONGKOP, (KH) – Jogja Shutter Camp (JSC) mengadakan Camp Keakraban Pecinta Fotografi yang kedua pada tanggal 8 Maret 2015 di Kecamatan Rongkop Gunungkidul. Acara Camp Keakraban Pecinta Fotografi yang pertama dilaksanakan pada Bulan Desember di Segambir Kulonprogo.
Chipriant Antok, salah satu panitia mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu cara bagi pecinta fotografi untuk menambah kepedulian potensi lokal dengan jelajah potensi alam, seni budaya, dan kuliner. Selain itu, juga sebagai ajang keakraban bagi fotografer lintas komunitas, lintas daerah dan lintas gear/kamera yang digunakan.
“Kita bukan komunitas tapi camp (rumah) keakraban pecinta fotografi. Mari kesampingkan segala bentuk atribut komunitas, apalagi gear, untuk bersama berkegiatan yang memiliki nilai kepedulian dan manfaat,” jelas Antok.
Acara yang bertajuk “Pagi Sore Charity Fotografi” diadakan di dua tempat, yaitu di Padukuhan Saban Desa Karangwuni dan Padukuhan Ngampiran Desa Melikan kecamatan Rongkop. Para fotografer yang hadir sekitar 60 orang berasal dari Yogyakarta, Magelang, Surakarta, Salatiga, Semarang, Surabaya, Bali, Bantul, Kulonprogo, Sleman, Gunungkidul dan ada 1 orang yang berasal dari Korea.
Peserta pada pagi hari diajak mengabadikan proses pembuatan jenang di Padukuhan Saban, kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan tampah di sentra pengrajin bambu Padukuhan Ngampiran Desa Melikan. Siang hari diadakan sharing fotografi, dilanjutkan pemotretan Tari Memedi Sawah dan Tari Ireng serta Karawitan Ibu-ibu. Pada Sore hari peserta berpindah lokasi di Pantai Wediombo untuk memotret sunset dan sesi pemotretan model tari tayub.
Wakijo, penduduk Padukuhan Saban ketika ditemui KH, merasa senang dan berharap kesenian dan industri jenang di Padukuhan Saban semakin dikenal dengan adanya kegiatan ini, sehingga bisa membuat anak cucunya tidak perlu merantau untuk mendapat kehidupan yg layak.
Lain halnya dengan pendapat Tukiran warga padukuhan Ngampiran Desa Melikan, dia berharap kegiatan seperti ini bisa lebih menyentuh ke warga yang kurang mampu. Jadi, selain mengenalkan sebagai sentra industri tampah, kegiatan sosialnya juga menyentuh pada warga kurang mampu. (BaRa/Sujoko)