Jenang Pati Gerot, Makanan Seribu Cerita Yang Sebentar Lagi Akan Hilang

oleh -6924 Dilihat
oleh
Mbah Saikem masih setia membuat Pati dari Umbi Gerut. KH/ Woro.
Mbah Saikem masih setia membuat Pati dari Umbi Gerut bahan pembuat jenang pati Gerut. KH/ Woro.

SEMANU, (KH),– Raut wajah  Barno (57) nampak berseri-seri ketika dirinya menerima tas kresek berisi beberapa butir sari pati umbi gerot dari Mbah Saikem (75). Butir-butir sebesar kepalan tangan bayi tersebut olehnya akan diolah menjadi jenang yang manis.

Barno adalah  pemudik dari Bekasi. dia mengaku setiap kali pulang ke kampung halamanya tidak pernah lupa membeli pati gerot di rumah Mbah Saikem.

Baginya, jenang pati gerut selain gurih dan bercita rasa khas juga selalu menghadirkan kenangan masa kecilnya.

“Kalau makan jeneng pati gerut jadi terbayang masa kecil di kampung. Dulu belum banyak makanan seperti sekarang, jadi bisa makan jeneng itu saja sudah bersyukur banget,” ujarnya saat ditemui KH beberapa waktu lalu.

Hal senada diungkapkan Sakiran (55). Dia mengaku rasanya ada yang kurang saat pulang ke kampung halaman jika belum makan jenang pati gerot.

“Pokoknya kalau mudik, wajib makan jenang pati gerut,” ujarnya sambil tertawa.

Jenang pati gerut punya rasa gurih dan khas yang tidak ditemukan pada jenang dari bahan lain. KH membuktikanya ketika  datang ke rumah Mbah Saikem dan disuguhi sepiring jenang berwarna kecoklatan tersebut.

selain memiliki rasa gurih dan khas, jenang pati gerut juga berkhasiat menyembuhkan mag dan sakit perut.

Kardio (38) warga sambirejo, Semanu mengatakan semenjak mengomsumsi jeneng pati gerot sakit perutnya hilang.

Demikian pula dengan Faisal (40) warga Ponjong yang mengaku sakit mag dan masalah perutnya lenyap setelah mengonsumsi jenang pati gerot.

“Dulu sering sekali sakit mag, sudah berobat ke puluhan dokter dan alternatif tapi tidak sembuh-sembuh,” akunya ketika dihubungi via telepon.

Sayangnya, jenang pati gerot yang gurih, khas dan punya seribu cerita ini nampaknya akan benar-benar menghilang dari peradaban kuliner Gunungkidul, karena dari tiga orang yang masih membuat pati gerot semuanya sudah berusia lanjut.

“Generasi muda tidak berminat membuat pati gerut karena selain sudah banyak makanan lain juga karena butuh proses panjang dan tidak mudah,”ungkap tokoh masyarakat Semanu, Heri Sulistyo. (Woro)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar