GUNUNGKIDUL, (KH),– Kemarau panjang yang terjadi memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat di Gunungkidul. Utamanya mereka yang berada di zona selatan Bumi Handayani.
Seperti yang terlihat di wilayah Saptosari, masyarakat terpaksa memanfaatkan air keruh dari Telaga Blumbang untuk menopang kebutuhan air non primer.
Dari pantauan Kabarhandayani.com di lokasi, beberapa masyarakat memanfaatkan air telaga untuk mandi dan mencuci. Padahal kondisinya berwarna ijau keruh. Bahkan terlihat tidak sedikit masyarakat rang mengambil air menggunakan galon untuk dibawa pulang.
“Sudah beberapa hari ini mengambil air telaga untuk minum ternak dan menyiram tanaman di pekarangan,” ucap Surip, salah satu warga yang memanfaatkan air telaga, Rabu (03/01/2024).
Surip menambahkan, dirinya memanfaatkan air telaga karena persediaan air bersih di bak Penampungan Air Hujan (PAH) saat ini juga sudah menipis. Ketersediaan air menipis karena hujan belum turun secara berkelanjutan..
“Kemarin nyelang (mengalirkan air dari PDAM) dua kali. Eman-eman (sayang) kalau digunakan untuk menyiram tanaman,” imbuh dia.
Warga yang lain, Udin mengatakan, dirinya terpaksa mandi di telaga untuk berhemat air bersih yang ada di rumah. Sebab air dalam bak PAH dikhususkan untuk minum dan keperluan memasak.
“Mencuci pakaian dan mandi banyak dilakukan di telaga. Air yang di rumah untuk minum dan memasak,” kata dia.
Udin menyebut, kemarau yang terjadi saat ini cukup panjang. Salah satu dampaknya penyusutan air telaga yang signifikan. Telaga menjadi sangat dangkal. Telaga Blumbang belum pernah menyusut hingga seperti saat ini.
“Telaga Blumbang ini tidak pernah asat (kering) tapi kali ini airnya terlihat dangkal sekali,” ungkap dia. (Kelvian)