Jalan Panjang Penanggulangan Bunuh Diri Di Gunungkidul

oleh -7248 Dilihat
oleh
Ilustrasi. sumber: Antara Foto.
Statistik pola kejadian bunuh diri setiap bulan di Gunungkidul dari 2015-2019. (Imaji)

Menurut Jaka, yang harus dikerjakan Pemkab dan semua elemen masyarakat setidaknya ada 3 hal besar yakni:

1) Menyadari bahwa bunuh diri dapat dicegah (suicide can be prevented). Bunuh diri adalah permasalahan kemanusiaan yang terjadi di berbagai wilayah dan negara. Bunuh diri menjadi permasalahan dengan bobot utama pada perkara kesejahteraan psiko-sosial yang sedang dihadapi pelaku dan memerlukan penanggulangan utamanya dari aspek kesehatan dan kesejahteraan sosial. Pemahaman bunuh diri dapat dicegah sudah menjadi kesadaran WHO (Badan PBB yang mengurusi kesehatan), dan sudah diimplementasikan dalam program aksi nyata oleh negara-negara lain yang menghadapi problema bunuh diri. Meletakkan persoalan bunuh diri dengan kerangka berpikir sebagai perkara mistis-misterius (yang di Gunungkidul sering dianggap karena pulung gantung sebagai penyebabnya) justru menjadikan kemandegan, menjadi penyikapan pasif, dan keengganan untuk bertindak mengatasi persoalan;

2) Pemerintah daerah bersama semua para pihak perlu menyusun peta-perjalanan (road map) penanggulangan bunuh diri, menyiapkan organ penanggung jawab pelaksana, mengedukasi pemahaman dasar kepada para pihak, serta menjalankan program-program aksi penanggulangan di tingkat masyarakat, serta;

3) Program penanggulangan (pencegahan bunuh diri, penanganan kasus bunuh diri, serta rehabilitasi pelaku percobaan bunuh diri dan keluarganya) merupakan program yang perlu terus-menerus dilaksanakan.

“Bukan program karena telah ada atau sedang ada kejadian bunuh diri, karena tidak ada seorangpun yang terbebas dari risiko bunuh diri. Upaya promotif-preventif pencegahan bunuh diri perlu terus dilaksanakan dan menjadi bagian integral dari PIS-PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat,” tandas dia.

Apabila diibaratkan angka kilometer, perjalanan penanggulangan bunuh diri di Gunungkidul masih berkutat di km 0. Perumpamaannya, memang sudah menstater motor atau mobil. Namun jalan beberapa ratus meter, tetapi masih tersendat-sendat. Berjalan kemudian berhenti, berjalan lagi kemudian berhenti lagi.

“Bahkan terkadang berhenti lama, karena masih ragu dan tidak yakin mau berangkat berjalan karena tidak yakin pada tujuan yang akan dicapai. Buktinya, sudah membuat Satgas Berani Hidup atau Tim Penanggulangan yang memiliki Perbup Penanggulangan Bunuh Diri tetapi masih lambat jalannya,” imbuh Jaka menyayangkan.

Sebaran kejadian BD dan percobaan BD 2015 – Juni 2019 (ungu/merah/kuning) dan upaya promotif pencegahan yang dikerjakan Imaji melalui PKH/PKK/Karangtaruna (biru). Dok: Imaji

Sementara, masyarakat masih belum melihat kehadiran nyata pemerintah daerah dalam upaya rehabilitaif kejadian-kejadian bunuh diri dan upaya promotif preventif cegah bunuh diri, sudah ada beberapa kecamatan/desa/puskesmas melakukan edukasi/penyuluhan cegah bunuh diri, tapi hal tersebut belum bersinergi dengan Tim Penanggulangan tingkat kabupaten. Pihak kepolisian melalui Binmas dan Bhabinkamtibmas justru telah proaktif bergerak melakukan penyuluhan dan sambang warga dengan pendekatan kamtibmas dan pendekatan keagamaan. LSM Imaji juga turut bergerak secara mandiri dalam edukasi ketahanan jiwa masyarakat sebagai upaya promotif-preventif cegah bunuh diri melalui kelompok-kelompok PKH tingkat desa/dusun hasil kerjasama Imaji dengan Pendamping PKH.

“Satu lagi, sinergi atau membuat jejaring dengan semua pihak diperlukan dalam upaya promotif dan preventif bunuh diri, karena pencegahan bunuh diri itu sesungguhnya bisnis (upaya yang sesungguhnya dikerjakan) setiap orang,” paparnya lagi.

Hal lain, mengenai bukti bahwa perkara bunuh diri dipandang sebagai peristiwa mistis itu hanya terjadi di Gunungkidul, yakni sebetulnya bunuh diri juga terjadi daerah-daerah lain, seperti: Yogya Kota, Bantul, Sleman, Kulonprogo, Wonogiri, Temanggung, dan Grobogan, tetapi, daerah-daerah lain tersebut tidak ditemukan fenomena menautkan kejadian bunuh diri dengan penyebab mistis pulung gantung atau yang lain.

Menautkan kejadian bunuh diri dengan pulung gantung yang dianggap sebagai penyebabnya hanya terjadi di Gunungkidul dan telah berlangsung bertahun-tahun. Pihaknya menyebutkan, sejak kapan penautan itu terjadi tidak ada data yang valid. Adanya keyakinan yang berkembang di masyarakat bahwa pulung gantung sebagai penyebab kejadian bunuh diri pada akhirnya adalah proses signifikansi (proses mem-benar-kan, padahal sulit dicari kebenarannya). Sehingga kejadian-kejadian bunuh diri di Gunungkidul itu dianggap hal yang lumrah atau biasa terjadi, akhirnya masyarakat menjadi maklum (permisif) adanya kejadian bunuh diri.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar