SEMIN, (KH),– Gamelan merupakan salah satu alat musik yang terkenal di Yogyakarta. Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai pertunjukan kesenian, misalnya wayang kulit, pengiring tarian tradisional maupun acara pentas musik pernikahan.
Umumnya alat musik Gamelan terbuat dari logam tembaga, besi dan kuningan yang harganya tergolong mahal. Gamelan termasuk ke dalam alat musik tradisional yang cara memainkanya dengan cara dipukul atau perkusi.
Di daerah Gunungkidul, kesenian dan kebudayaan berkembang dengan pesat, tidak terkecuali dalam perkembangan alat musik gamelan. Seperti campursari yang dipopulerkan oleh Manthous. Dengan memasukan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan. Sehingga campursari menjadi populer sampai saat ini dan merupakan hiburan favorit bagi masyarakat.
Bila diperhatikan, alat musik gamelan dianggap atau identik dengan alat musik yang sakral dan mahal sehingga perlu bimbingan dan pengawasan untuk belajar memainkan alat musik tersebut.
Tidak semua masyarakat mampu memainkan alat musik gamelan, hal ini disebabkan oleh terbatasnya alat musik gamelan yang tersedia di Masyarakat. Seperti yang ada di desa Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, alat musik gamelan yang tersedia hanya 2 set saja.
Sementara Desa tersebut terdiri dari 10 dusun yang masing –masing dusun terdiri dari delapan sampai sepuluh RT. Sehingga masayarakat mengalami keterbatasan ketika ingin belajar alat musik Gamelan. Lebih-lebih generasi muda banyak yang tidak mengenal bagian-bagian serta tahu bagaimana memainkan alat musik gamelan.
Melihat fakta tersebut, warga Dusun Sumber, Desa Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Sarwini berinovasi membuat gamelan dengan bahan kayu Pohon Nangka.
“Saya bermaksud membuat alat musik gamelan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat karena cukup terjangkau dari sisi biaya,” kata pendidik di SMP Muhammadiyah Semin ini, Kamis, (16/5/2019).
Pembuatan Alat musik dari kayu Nangka tersebut diharapkan mampu menjadi Gamelan alternatif bagi semua elemen masyarakat dan komunitas. Gamelan alternatif berbahan kayu nangka sebagai penyelesaian atas persoalan mahalnya gamelan berbahan logam.
Inovasi ibu dua anak ini ketika diikutkan dalam penilaian lomba Kreativitas Dan Inovasi Masyarakat (Krenovamaskat) 2019 yang digelar BAPPEDA Gunungkidul memperoleh juara dua untuk kategori masyarakat umum.