WONOSARI, (KH)— Pertanian di Gunugkidul pada awal musim tanam ini dihadapkan pada cuaca yang tidak mendukung. Rata-rata sekitar dua minggu lebih tanaman padi dan jagung yang telah berumur sekitar 2 bulan sempat tidak di guyur hujan.
Banyak petani khawatir, jika tidak segera ada hujan maka terancam gagal panen. Dari pantauan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Gunungkidul, kondisi tanaman padi yang dianggap paling buruk terjadi di wilayah sebagian Wonosari, Semanu dan sebagian kecil Playen.
Menurut Kepala Dinas TPH, Azman Latif, sebenarnya kerusakan (kekeringan) prosentasenya baru 10 persen. Dirinya masih yakin jika dalam waktu seminggu lagi segera ada hujan maka tanaman masih tertolong. Mengenai sempat berhentinya curah hujan, melalui informasi yang diterima dari BMKG ke pihaknya hal tersebut masih dalam kategori wajar.
“Semoga segera turun hujan, kami yakin masih tertolong,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Benar apa yang disampaikan Azman Latif, Jum’at, (8/1/2015) hujan mengguyur wonosari dan sekitarnya, hal ini membuat petani diwilayah zona tengah senang, tanaman padi yang sebelumnya layu kini segera dipupuk karena mendapat air yang cukup.
“Beberapa warga yang lain sempat menyiram ladang dengan pompa air memanfaatkan air sumur, kini bersyukur hujan datang,” kata Rismiyati petani asal Wonosari, Sabtu, (9/1).
Kondisi berbeda terjadi di wilayah selatan, seperti Sebagian Panggang, Saptosari, dan Tanjungsari, beberapa petani tidak bisa berbuat banyak, pasalnya padi di lahan pertanian mereka kondisinya semakin parah, upaya yang akan ditempuh untuk menyelamatkan tanaman tidak memungkinkan untuk dilakukan.
“Mau disiram pakai air apa, kalau air tangki mau habis berapa? Lagian posisi ladang tidak memungkinkan untuk dijangkau,” kata Purwono petani asal Desa Ngloro, Saptosari.
Dirinya putus asa, ketika seminggu kedepan tidak segera turun hujan, maka kecil kemungkinan tanaman akan tertolong, terutama padi, Ia mengaku harus menanggung rugi jutaan rupiah ketika tanaman nanti benar-benar mati.
“Sudah pasrah, mau bagaimana lagi,” keluh Purwono. (Kandar)