Hari Santri, Penegasan Ideologi Anti Pancasila Bukan Madzhab Santri Nusantara

oleh -4869 Dilihat
oleh
Apel akbar dan istighosah santri NU pada Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017 di alun-alun Pemkab Gunungkidul. KH.
Apel akbar dan istighosah santri NU pada Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017 di alun-alun Pemkab Gunungkidul. KH.

WONOSARI, (KH),– Memperingati Hari Santri, Minggu, (22/10/2017) ribuan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) Gunungkidul menyelenggarakan apel akbar dan Istighosah di komplek alun-alun Pemkab Gunungkidul.

Dalam kesempatan momentum Hari Santri, Ketua Tanfidziyah NU Gunungkidul, H Arief Gunadi berpesan kepada santri untuk tetap berjiwa sederhana. Karenanya jiwa yang sederhana patut menjadi contoh bagi seluruh masyarakat.

“Di dalam kesederhanaan santri terdapat jiwa toleransi untuk menghargai perbedaan,” terangnya.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Bupati Gunungkidul, Badingah, S. Sos, perwakilan Kodim dan Polres serta sejumlah tokoh dilingkup Pemkab Gunungkidul. Dalam sambutan Badingah menyebut terdapat tiga argumentasi yang menjadikan Hari Santri Nasional sebagai sesuatu yang strategis bagi negara.

Pertama, Urai Bupati, merujuk peristiwa sejarah dikeluarkannya Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari yang menggerakkan santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama berjuang melawan pasukan kolonioal, yang berpuncak pada peristiwa pertempuran 10 November 1945 di kota Pahlawan Surabaya.

Kedua, karingan kiai-santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan karena para kiai-santri telah sadar pentingnya konsep negara yang member ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama.

Sementara untuk yang ketiga, yakni kelompook kiai dan santri telah terbukti dan akan selalu mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berada di garda terdepan berjuang mempertahankan NKRI sebagai bentuk final negara yang berdasar Pancasila.

“Hari Santri menjadi penegasan bahwa radikalisme atas nama agama, ideologi khilafah anti Pancasila bukanlah madzhab santri Nusantara,” tegas Badingah.

Sambung dia, Santri tidak menyebar kebencian terhadap negara, santri selalu menjaga rumah besar NKRI tanpa berebut isi rumahnya dengan kelompok etnis, suku, ras dan kelompok agama lain. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar