GUNUNGKIDUL, (KH),– Harga tepung terigu di pasar tradisional Gunungkidul melonjak cukup tinggi. Untuk tiap zak kemasan 25 kilogram, kenaikan harganya mencapai Rp50 ribu.
Harga tepung yang naik bukan kepalang membuat pelaku UMKM yang mengandalkan terigu sebagai bahan baku produknya, terpaksa menaikkan harga produk olahan yang dijual.
Salah satunya pedagang gorengan di Wonosari, Setya Adiyanto menyebutkan, menaikkan harga jual gorengan terpaksa dilakukan untuk menutup ongkos produksi dan mempertahankan keuntungan.
“Biasanya Rp2.000 saya kasih 3 biji gorengan, sekarang Rp2.000 dapat 2 biji,” kata Setya saat ditemui baru-baru ini.
Kenaikan harga gorengan di lapaknya berjualan dirasakan cukup berdampak. Semenjak harga gorengan naik pelanggan ia rasakan menurun.
“Otomatis omset harian jualan menurun,” imbuh Setya.
Berbeda dengan Setya. Penjual gorengan asal Playen, Nanik Tri Rahayu memilih mempertahankan harga jual gorengan meski tepung terigu naik. Sama seperti sebelum harga tepung terigu naik, 3 biji gorengan masih ia jual Rp2.000.
“Yang menurun jelas keuntungannya, semakin mepet. Pendapatan jadi lebih sedikit. Tapi tidak apa-apa, daripada pelanggan yang berkurang,” kata Nanik.
Dia berharap harga tepung terigu segera turun. Dengan begitu pendapatannya dari berjualan gorengan mendapat keuntungan seperti semula.
Terpisah, pedagang grosir di Pasar Argosari menuturkan, kenaikan tepung terigu hingga menjadi seperti sekarang terjadi sejak sebulan terakhir.
“Biasa jual satu zak tepung seharga RP180 ribu, saat ini melonjak tinggi hingga Rp230 ribu,” ungkap Eni.
Sebagai pengecer, Eni sering mendapat komplain dan keluhan dari para pelanggannya. Namun, dia juga tidak bisa berbuat banyak. Karena, dirinya sekedar mengikuti harga dari distributor.
Eni mengaku tidak tahu pasti penyebab kenaikan harga tepung terigu yang bahan bakunya bergantung pasokan impor ini.
“Baik pedagang dan pelaku UMKM berharap pemerintah bisa menurunkan harga tepung terigu. Belum lama minyak goreng, saat ini harga tepung malah ikut naik,” keluhnya. (Kandar)