GUNUNGKIDUL, (KH),– Fall Armyworm (FAW) atau ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E. Smith merupakan hama jenis baru yang menyerang tanaman jagung di berbagai belahan dunia. Keberadaan hama ini menjadi ancaman serius bagi negara produsen jagung termasuk Indonesia.
Kepala Bidang Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Raharjo Yuwono sebagaimana merangkum publikasi dari Kementan RI, menjelaskan, keberadaan hama ini menjadi perhatian karena disamping mempunyai daya jelajah tinggi juga mempunyai kecepatan reproduksi yang sangat cepat.
“Sehingga dapat merusak tanaman dalam waktu singkat,” kata dia.
Dijelaskan, ada beberapa ciri perbedaan dengan ulat grayak biasa (Heliothis armigera) antara lain; memiliki garis bentuk huruf Y pada kepala, memiliki 4 buah pinacula yang besar pada A8, tidak memiliki scobinasi/tonjolan halus pada integument tubuh, serta memiliki garis tebal pada lateral tubuh.
“Perbedaan serangan pada tanaman jagung adalah ditemukannya lubang gerekan pada batang dan dijumpai populasi larva pada batang jagung,” urai Raharjo.
Sambung dia, hama ini pertama kali dijumpai masuk Indonesia di Sumatera Barat dan sekarang sudah ditemukan di Klaten. Untuk itu petani Gunungkidul diminta agar waspada.
Adapun upaya pengendalian dengan melaksanakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) meliputi;
- Pengamatan rutin/monitoring lahan dan hama tanaman dengan kunjungan seminggu sekali atau minimal 15 hari sekali.
- Menghindari terlambat tanam atau tidak serentak pada satu lahan.
- Menggunakan patogen hama yaitu mengumpulkan larva/ulat yang mati karena penyakit kemudian diblender dan digunakan sebagai bahan penyemprotan juga dengan agens Beuveria bassiana, atau NPVS.
- Pengendalian secara mekanis dengan mengumpulkan larva dan telur kemudian dihancurkan. Serta,
- Terakhir pengendalian secara kimiawi dengan bahan aktif Emamektin benzoat, Siantraniliprol dan Tiametoksam. (Kandar)