Legenda Gua Lawa, Gua Prasejarah di Ponjong

oleh -15301 Dilihat
oleh
Goa Lawa di Ponjong memiliki pintu dan ruang yang besar. KH

Tradisi Pementasan Wayang Kulit di Depan Gua

Setelah bertemu keduanya berbincang, Mbah Ugrojoyo sengaja tidak pulang ke desa karena hendak bersemedi di Gua Lawa. Demikian juga Mbah Walik, ia menyatakan ingin ikut bersemedi bersama, namun ditolak. Apabila ingin bersemedi dipersilahklan menempati goa lain, dengan alasan karena ia berjenis kelamin perempuan. Dipilihlah Gua Beton, gua yang memiliki sumber air.

“Puluhan tahun berlalu keduanya tidak diketahui keberadaannya. Masyarakat menduga mereka meninggal di tempat semedi masing-masing, bersama nyawa, raganya juga sirna. Keduannya menjadi makhluk halus penunggu goa,”.

Pada suatu ketika, berdasar riwayat ada warga yang kerasukan. Dalam kondisi kerasukan warga bertutur kata mengaku sebagai Mbah Ugrojoyo yang sejatinya masih ada. Malah ia dinobatkan sebagai tumenggung di dunia lain.

Semenjak saat itulah warga sekitar setiap satu tahun sekali melakukan upacara peringatan dengan menggelar pertunjukan atau ritual berupa pementasan wayang kulit di halaman gua. Hal tersebut bertujuan untuk ‘ngirim’ Mbah Ugrojoyo agar tetap terjalin hubungan yang harmoni.

Kegiatan tersebut berangsur-angsur mati, dan kini sudah tidak ada lagi. Goa Lawa, lanjut Sukiman juga menjadi tempat pilihan untuk dikunjungi sejak pada zaman kerajaan hingga era kemerdekaan. Disebut Sukiman, Sultan Agung pernah berkunjung. Bahkan Bung Karno hingga Bung Hatta juga sempat singgah melihat Gua Lawa.

Berdasar bentuk fisiknya, Gua Lawa merupakan goa yang relatif besar. Goa yang menghadap ke arah barat ini juga memiliki lubang besar di bagian atap sehingga intensitas cahaya dan sirkulasi udara cukup bagus.

Di depan goa terdapat bekas danau purba, dan akan berubah menjadi telaga pada musim penghujan. Di dalam goa terdapat wadah atau bak bentukan alam yang berfungsi sebagai penampung air. Air berasal dari akumulasi tetesan stalagtit dan air bawah permukaan tanah atau dasar gua.

“Gua Lawa pernah di survey tim PTKA jurusan Arkeologi FIB UGM. Waktu itu ditemukan beberapa artefak dari fragmen tulang, keramik, serpih, batu rijang, gerabah, dan sejumlah fosil kayu,” kata Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Ir Winarsih belum lama ini.

Belakangan, sambung Winarsih, Goa Lawa kerap dijadikan tempat penambangan oleh warga sekitar. Di dalam goa banyak terdapat kandungan phospat dan guano yang dapat dijadikan pupuk organik.  Pupuk tersebut sangat baik bagi perkembangan  tanaman buah dan sayur.

“Beberapa bagian goa mengalami kerusakan serius akibat penambangan,” imbuh Winarsih. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar