GUNUNGKIDUL, (KH),– Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Kabupaten Gunungkidul terus mendorong perpustakaan di Gunungkidul bertransformasi menjadi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (PBIS). Yang terbaru, Dispussip bersama UGM memberikan sosialisasi kepada dua perpustakaan kalurahan di Gunungkidul mengenai program PBIS.
Kepala Dispussip Gunungkidul, Kisworo menyampaikan, dua perpustakaan yang terpilih memperoleh dampingan program PBIS tahun ini yakni Perpustakaan Kalurahan Mulo, Kapanewon Wonosari dan Perpustakaan Kalurahan Tepus, Kapanewon Tepus.
Salah satu rangkaian dari program tersebut dilaksanakan sosialisasi. Agenda sosialisasi terhadap dua perpustakaan terpilih berlangsung di ruang pertemuan Dispussip pada, Selasa (4/7/2023).
“Kami sampaikan materi mengenai program PBIS termasuk tahapan transformasi dan teknis bagaimana mengelola perpustakaan. Di dalamnya juga berisi alasan kenapa perpustakaan harus bertransformasi,” terang Kisworo disela sosialisasi.
Dalam sosialisasi dihdirkan perwakilan dari 2 kapanewon. Termasuk lurah, pengelola perpustakaan kalurahan, TP PKK, karang taruna serta tokoh masing-masing kalurahan.
Selain dirinya, nara sumber sebagai pengisi materi sosialisasi antara lain Dosen S2 Manajemen Informasi dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UGM, Safirotu Khoir, Ph.D., Pustakawan Ahli Madya Dispussip Gunungkidul, Agung Wibawa, serta pengelola Perpustakaan Balai Pintar Nglipar, Dewi Ria Rahayu.
Kisworo menjelaskan, pasca sosialisasi, pihaknya akan memberikan sejumlah bimtek, pemetaan dan realisasi serta evaluasi program, hingga memberikan stimulan dalam rangka kegiatan pelibatan masyarakat.
“Akan kami dorong pula dalam hal peningkatan layanan, termasuk di dalamnya penambahan koleksi bahan pustaka, komputer dan internet serta memperluas kemitraan,” tutur Kisworo.
Agung Wibawa, saat menyampaikan sosialisasi menekankan, bahwa perpustakaan sudah saatnya bertransformasi dan dirancang lebih berdaya guna bagi masyarakat. Keberadaan perpustakaan dan segenap kegiatan literasi diyakini akan membawa perubahan berbagai aspek kehidupan masyarkat kearah yang lebih baik.
“Perpustakaan dapat memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan menjadi wadah untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi masyarakat,” jelas Agung mengenai pentingnya perpustakaan bertransformasi.
Perpustakaan, lanjut dia, juga terbuka bagi semua kalangan. Siapapun dapat mengakses layanan, mulai dari disabilitas, perempuan, lansia, dan lain-lain.
“Tujuan secara umum dari program ini yakni terciptanya masyarakat sejahtera melalui Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial,” tandas Agung.
Panjang lebar dijelaskan, bahwa masyarakat yang semakin banyak belajar atau literat, semakin mampu pula beradaptasi dengan dunia yang berubah cepat.
“Semakin mampu seseorang beradaptasi, semakin besar pula peluang meningkatkan standar hidupnya,” tukasnya.
Dalam kesempatan pemaparan, pengelola Perpustakaan Balai Pintar Nglipar, Dewi Ria Rahayu lebih banyak mengulas pengalaman bagaimana mengelola perpustakaan di kalurahannya. Sementara itu, Safiratu Khoir, PhD memberikan wawasan dengan materi dengan judul “Perpustakaan Desa Perpustakaan Kita Semua”. (Kandar)