GUNUNGKIDUL, (KH),– Kesedihan mendalam dialami Nurul Hidayah Isnaniyah (34), ibu muda yang tinggal di Padukuhan Besari, Kalurahan Siraman, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Hari-harinya masih diliputi kekecewaan. Lantaran, buah hatinya yang ke- 2 mengalami kelumpuhan pada bagian lengan kirinya.
Sesaat usai menjalani persalinan pada pada 3 April 2024 lalu, tiada kata istirahat bagiya. Dengan masih menahan sakit akibat luka jahitan di jalan lahir, ia bergegas bersama suami berjibaku mengusahakan pengobatan bagi bayinya.
Dari beberapa diagnosa dokter spesialis, penyebab kecacatan pada bayinya dimungkinkan diakibatkan karena penanganan proses persalinan. Sebelumnya, ia sejak awal kehamilan menjalani proses pemeriksaan hingga persalinan di RSIA Allaudya di Jl. Karangmojo – Wonosari, Selang III, Selang, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul.
“Sejak awal kehamilan kami periksa hingga melahirkan di RSIA Allaudya. Dengan berat bayi 4.800 gram, saya melahirkan secara normal,” terang Isna belum lama ini di Wonosari.
Dia menerangkan, berat bayi tersebut tergolong besar. Sehingga semestinya dilahirkan secara operasi Caesar. Akan tetapi, ia merasa saat detik-detik menjelang melahirkan, permintaan tindakan sectio caesarea (SC) atau operasi Caesar diabaikan dr. Anita Rohmah, dokter spesialis kandungan yang menanganinya.
Kekhawatiran bahwa bayinya akan berukuran besar pun sebelumnya berulang kali Isna sampaikan pada saat pemeriksaan rutin. Salah satu kecurigaannya, berat badannya naik signifikan selama hamil. Hanya saja, dr. Anita masih meyakini tinggi dan berat janin masih dalam ukuran normal berdasar hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
“Bayi saya lahir masuk kategori makrosomia atau berat bayi baru lahir lebih dari 4 kilogram. Beberapa dokter yang saya datangi di berbagai rumah sakit menduga terjadi distosia bahu sehingga menyebabkan beberapa saraf di lengan kiri tidak berfungsi sebagaimana mestinya,” imbuh Isna panjang lebar.
“Sempat menjalani perawatan selama sekitar 17 hari di RSUP dr. Sardjito ditegakkan diagnosa erb’s palsy ec birth trauma dan beberapa diagnosa penyerta lainnya. Bayi tidak bisa mengangkat atau menggerakkan lengan bagian kiri,” imbuh Isna.
Kontrol demi kontrol dan pemeriksaan terus dilakukan. Sebab gejala lain masih bermunculan. Saat menjalani pemeriksaan di Poliklinik Rehabilitasi Medis RSUP dr. Sardjito pada 28 April 2024 terungkap diagnosa baru. Bukan lagi erb’s palsy.
Anak ke- dua yang diberi nama Arshaka Zayn Kasyafani ini didiagnosa mengalami Brachial Plexus Injury. Cedera pleksus brakialis melibatkan kerusakan mendadak pada jaringan saraf yang saling terkait yang mengendalikan gerakan dan sensasi di lengan dan tangan. Akibatnya, dapat menyebabkan nyeri, kelemahan, hilangnya sensasi atau hilangnya gerakan di bahu, lengan dan/atau tangan.
Tidak berhenti di situ, pada tanggal 10 Mei 2023 sempat menjalani operasi benjolan merah di kepala sebelah kiri. Saat itu si bayi opname karena mengalami suspect sepsis. Benjolan tersebut dioperasi oleh dokter spesialis bedah anak. Benjolan yang membuat anak menangis histeris saat tersentuh itu dinamai soft tissue tumor granuloma. Kata dokter pula, kemunculannya dimungkinkan akibat tindakan vakum ekstraksi saat proses persalinan.
“Kami meminta operasi Caesar diabaikan, minta dirujuk ke RSUD juga tidak dipenuhi. Bahkan tindakan vakum ekstraksi dilakukan serta merta, tidak meminta Informed consent terlebih dahulu ke suami,” sambung Isna dengan mata berkaca-kaca.
Dokter RSIA Allaudya Dituding Lakukan Malpraktik
Dari serangkaian yang dialami, dia menuding RSIA Allaudya berikut dokter tak memberikan pelayanan kompeten. Karenanya dia dan suami sepakat membuat aduan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Pokok pengaduan yang dilayangkan yakni terkait Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 2 Peraturan KKI No. 4 Tahun 2011.
Tidak hanya itu, perempuan yang berpofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) ini juga melaporkan dr. Anita ke Polres Gunungkidul dengan dugaan malpraktik.
Terpisah, dr. Anita Rohmah saat dihubungi belum bersedia memberikan pernyataan. Bahkan saat RSIA Allaudya didatangi, petugas jaga menyebut tidak ada pihak berwenang yang bersedia ditemui.
“Tunggu konfirmasi lanjut, nggih,” tulis dr. Anita melalui pesa WA. (Kandar)