GUNUNGKIDUL, (KH),– Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Disnakertrans) Gunungkidul sebut bahwa minat masyarakat Gunungkidul untuk merantau rendah.
Kepala Bidang Tenagakerja Disnakertrans Gunungkidul, Akhsan Jihadan mengungkapkan, setiap ada lowongan pekerjaan yang diumumkan atau dipublikasikan, respon masyarakat tidak sesuai yang diharapkan.
“Respon baik yang meminta keterangan lebih lanjut atau mendaftar jauh dari yang diharapkan. Antara ketersediaan lowongan dan pelamar tidak imbang,” kata dia ketika ditemui di kantornya belum lama ini.
Pihaknya sudah mengaku melakukan penyampaian informasi agar diterima luas oleh masyarakat. Publikasi lowongan telah dimuat dalam web Disnaker, di temple di papan pengumuman serta kerja sama dengan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK-SMK.
Akhsan Jihadan menambahkan, di tengah masyarakat Gunungkidul ada sebuah pandangan berkaitan dengan kuatnya ikatan hubungan kekerabatan. Dalam satu keluarga, selalu mengupayakan untuk selalu hidup bersama. Sehingga muncul ungkapan ‘makan nggak makan asal kumpul’. Namun, pihaknya juga tak sepenuhnya meyakini hal tersebut menjadi alasan utama rendahnya minat masyarakat untuk merantau.
“Atau memang tenaga kerjanya yang milih-milih jenis pekerjaan ya,” tanya dia.
Dimintai pendapat, seorang perantau asal Gunungkidul yang belasan tahun bekerja di kapal pesiar di wilayah Eropa, Sujoko menolak jika masyarakat Gunungkidul disebut memiliki minat yang rendah untuk merantau.
“Tidak, justru sebenarnya keinginan untuk merantau itu sangat besar. Terbukti dalam 5 tahun belakangan pekerja di luar kota sangat banyak. Hal paling sederhana setiap tahun pada musim liburan atau khususnya Lebaran, yang mudik selalu berjubel,” sanggah Sujoko.
Dirinya sodorkan contoh bukti, bahwa tiket bus tujuan wonosari, semin dan sekitarnya saja setiap musim libur atau khususnya lebaran selalu habis.
Pihaknya menilai, jika anggapan minat merantau rendah hanya melihat pada tinggi rendahnya pencari kartu kuning merupakan kesimpulan yang keliru.
Menurutnya, sebelum berbicara tinggi rendah minat merantau, persoalan yang lebih utama berkaitan dengan tenaga kerja, yakni justru soal tidak kompaknya tokoh masyarakat atau pejabat Gunungkidul mengenai tenaga kerja.
“Pejabat saja ada yang menghimbau agar pemuda tidak perlu merantau tetapi cukup bekerja di tanah kelahiran. Salah satunya karena pariwisata semakin maju,” kata Sujoko. Untuk itu tidak pas jika langsung menyebut minat merantau rendah.
Sementara dipihak lain, seperti Disnaker mengeluhkan peminat lowongan kerja di luar kota cukup minim.
“Semoga semua stake holder di Gunungkidul bisa kompak. Tidak nampak kontradiktif dalam statement maupun program,” pinta dia. (Kandar)