GEDANGSARI (KH),– Meski di sekitar tempat ia tinggal bukan penghasil kedelai yang melimpah, tak menjadi penghalang bagi warga Dusun Balong, Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul, Agung Kristianto untuk merintis usaha sebagai pembuat produk olahan tempe.
Ditemui di kediamannya, Selasa, (16/7/2019) lelaki yang yang akrab disapa Kang Bonny ini mengaku memulai usaha pembuatan olahan yang tinggi protein tersebut sejak tahun 2016. Bersama istrinya, Tarni, ia mengolah kedelai menjadi tempe, mengemas lalu memasarkannya.
“5 bulan pertama kami coba jual di sekitar tempat tinggal dan pasar-pasar terdekat,” kata Bonny. Tempe yang kemudian dikenalkan dengan nama Tempe Kang Bonny tersebut mendapat sambutan baik di tengah masyarakat.
Lama-lama jumlah produksi meningkat. Untuk memenuhi permintaan ia menambah jumlah produksi. Praktis jumlah tenaga pembuat juga bertambah.
Dirinya lantas melibatkan saudara hingga tetangga untuk menjadi tenaga pengolah. Sementara dirinya lebih fokus untuk memperluas pasar. Tak mau ketinggalan, jualan menggunakan medsos juga ia tempuh.
Beberapa pedagang di sejumlah pasar tradisional menjadi langganannya. Diantaranya di Pasar Srago, Pasar Wedi, Pasar Gempol, Pasar Gedangsari, dan pasar-pasar terdekat.
“Berkat promosi melalui pemasaran online pula produk kami sudah tersebar di daerah Surabaya, Jakarta, dan Ciamis,” ujar lelaki ramah ini.
Ditanya seputar pemenuhan bahan baku, Bonny mengaku awalnya sebatas mendatangkan dari petani lokal saja. Seiring waktu berjalan suplai bahan baku dari lokal tak memenuhi jumlah yang dibutuhkan. Sehingga ia mencari ke luar daerah. Kebutuhan kedelai sebagai bahan dasar tempe lantas dapat teratasi dengan adanya kedelai impor.
“Kedelai impor kisaran harganya mencapai Rp. 675.000 per karungnya. Kemudian untuk yang lokal sekitar Rp. 9.000-an tiap kilogramnya,” imbuh dia.
Lebih jauh disampaikan, dalam kurun waktu satu bulan, ia dapat menghabiskan bahan baku antara Rp. 1,5 hingga 2 kwintal kedelai.
Soal harga, tempe Kang Bonny cukup terjangkau, harga tiap biji tempe berbungkus daun cukup Rp. 250,00 saja. Sementara untuk tempe yang berbungkus plastik terdapat dua ukuran. Ukuran pendek harganya Rp. 2.500, kemudian yang ukuran agak panjang dipatok dengan harga Rp. 10.000.
“Kami bersedia mendampingi jika ada warga yang berniat belajar bagaimana membuat tempe. Meski kelihatannya hanya olahan makanan yang dianggap remeh, namun kenyataannya bisa dijadikan penopang kebutuhan keluarga bahkan memberi lapangan kerja bagi orang lain,” tukas Bonny. (Wahyu)