Bilang ‘Tidak Kuat’, Pertanda Pamit Pergi Selamanya Seorang Nenek Ke Tetangga

oleh -6578 Dilihat
oleh
tali
ilustrasi. Dhadhung, kala, jerat, tali. KH/WG
ilustrasi. Dhadhung, kala, jerat, tali. KH/WG

NGLIPAR, (KH),— Seorang nenek Rb (75) Warga Desa Kedungkeris, Kecamatan Nglipar, Senin, (31/7/2017) mengakhiri hidup dengan selendang atau kain gendong warna biru. Selain mengagetkan keluarga, peristiwa tersebut membuat gempar warga sekitar.

Seperti biasa, petugas kepolisian setempat bersama petugas medis melakukan pemeriksaan kepada jenazah guna memastikan tidak ada unsur kriminal pada peristiwa yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia itu.

Setelah disimpulkan bahwa kejadian murni gantung diri, jenazah lantas diserahkan kepada pihak keluarga dan masyarakat untuk dikebumikan. Bagi sebagian tetangga dekat, meninggalnya Rb seolah menjadi jawaban pertanyaan yang menghantui benak mereka beberapa hari sebelum kejadian.

Menurut keterangan salah satu Perangkat Desa, Desa Kedungkeris, Giyarti, berdasar perbincangan di sekitar lokasi kejadian, sakit Rb sempat kambuh beberapa waktu sebelum kejadian. Rb pernah meminta tetangga untuk dikerik atau kerokan agar sakitnya mereda.

“Pernah bilang ke tetangga jika sudah tidak kuat lagi menahan sakit. Ia juga mengutarakan beberapa ucapan yang seolah merupakan kata pamit,” tutur Giyarti, Selasa, (1/8/2017).

Selain mengeluhkan sakit yang teramat sangat, perbincangan dengan tetangga menunjukkan pesan atau weling terakhir bahwa salah satu kewajibannya sebagai orang tua telah ia tunaikan. Penuturan bahwa ia telah selesai membagi asset harta berupa beberapa bidang tanah dan rumah untuk anak keturunannya sempat disampaikan ke tetangga dekat.

Mengenai sakit Rb, sebagaimana disebutkan Kepala Padukuhan setempat, Dalsudi, sekitar 4 bulan sebelumnya Rb pernah tertimpa pohon pisang saat melakukan penebangan. Peristiwa tersebut membuat tulang ekor di bagian belakang mengalami retak. Sakit yang teramat sangat tergambar dari keluhan demi keluhan Rb yang disampaikan ke tetangga.

Menurut Dalsudi, selain retak tulang belakang, ada yang menyebut Rb juga menderita sakit saraf kejepit paska tertimpa pohon pisang. Berbagai upaya pengobatan secara medis, atau dirawat di rumah sakit berulang kali ditempuh. Namun kesembuhan tak kunjung didapat.

Menurut Dalsudi, anjuran untuk melakukan operasi diduga menjadi tambahan beban fikiran Rb. Sebab, kondisi perekonomian keluarga Rb dapat dinilai masuk kedalam kategori kurang mampu. Rb tinggal bersama beberapa anak, cucu dan menantu. Meski usia telah sepuh, Rb sebelumnya masih aktif kerja serabutan, ikut terlibat menjadi penopang pemenuhan kebutuhan keluarga.

Ditambahkan Dalsudi, rumor mengenai mitos pulung gantung di wilayahnya dinilai sepi. Beberapa warga memang sempat memperbincangkan, namun hanya sepintas lalu, kepercayaan terhadapnya semakin lemah. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar