Adapun petilasan Mbah Jobeh merupakan tempat di mana ditemukan dua bekas air ludah bekas Nyirih. Ki Kenthung dan Nyi Kenthung lantas memberi penanda pada dua air ludah Nyirih tersebut. Lama kelamaan tanah tepat ditemukannya ludah bekas Nyirih bertambah tinggi. Menjadi gundukan seperti habitat rayap. Seiring berkembangnya waktu gundukan tanah tersebut dibuatkan gubuk pelindung.
Guna mengenang kisah Ki Kenthung dan Nyi Kenthung tersebut, adat tradisi Nyadran dilestarikan hingga saat ini.
Ditemui di lokasi Nyadran, warga yang datang menyampaikan beragam permohonan. Beberapa diantaranya agar sembuh dari sakit, keluar dari masalah, usaha semakin sukses, hewan ternak agar sehat, badan terasa enak, berjualan laris, pendidikan anak-anak berhasil, panenan pertanian melimpah dan lain-lain. mereka memberikan uang mulai dari Rp. 2 ribu hingga ratusan ribu. Bersamaan, mereka yang mengaku keinginannya terkabut menuntaskan nadzar. Memberikan uang dan berkurban hewan ternak.
“Niki kula sakit angsal tamba, Pak, nyuwun pangapunten ajeng nyadran. Gek niki putu kula, niki kajenge lunas sah (Ini saya sakit agar sembuh pak, ikut Nyadran. Terus ini untuk cucu saya, supaya lunas,” kata Maryati dari Baran, Rongkop kepada juru kunci, Nata Sukamta. (Kandar)