Berbagai Permohonan Terpanjat Saat Tradisi Nyadran Mbah Jobeh

oleh -10369 Dilihat
oleh
Warga mengantri memberikan uang saat Nyadran di Petilasan Mbah Jobeh. KH/ WG.

RONGKOP, (KH),– Doa-doa dan permohonan terpanjat oleh si juru kunci di depan bangunan mirip gubuk beratap ijuk. Juru kunci membacakan doa dan beragam pengharapan sesuai permintaan warga masyarakat yang berniat Nyadran.

Prosesi tersebut merupakan bagian ritual inti dari adat tradisi Nyadran Mbah Jobeh di Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul. Masyarakat di desa di sebelah timur Gunungkidul ini masih melestarikan tradisi turun temurun tersebut.

Panitia penyelenggara tradisi Nyadran, Pratama Windarta menyebutkan, tradisi Nyadran dilaksanakan setiap tahun pada hari Kamis Kliwon. Sementara untuk tanggal, bulan dan wuku-nya (siklus waktu penanggalan jawa) ditentukan oleh juru kunci.

Kini, jelas Windarta, Nyadran sengaja dibuat lebih semarak. Kirab tak hanya membawa berbagai jenis olahan dan uba rampe untuk kenduri, namun dilengkapi bregada, gunungan dan maket bangunan serta hewan hasil kreativitas pemuda dan warga.

13 Padukuhan mengikuti kirab dari titik keberangkatan menempuh jarak sekitar 2 kilometer menuju pelataran petilasan Mbah Jobeh. Usai kenduri Nyadran digelar, dipentaskan reog, salah satu kesenian lokal.

Sementara, penyampaian permohonan warga melalui juru kunci dilaksanakan sejak pukul 01.00 WIB dini hari. Warga yang berniat Nyadran memberikan sejumlah uang suka rela kepada juru kunci sebagai bentuk pengorbanan atau sedekah menyertai permohonan yang disampaikan.

Si Juru kunci menjadi perantara yang menyampaikan doa kepada Tuhan sesuai permohonan warga. Satu demi satu pengharapan dipanjatkan. Selain permohonan, dalam Nyadran juga terdapat ritual ‘penebus’ atas nadzar yang sebelumnya diikrarkan. Warga yang keinginannya tercapai atau terkabul juga menyerahkan sejumlah uang. Bentuk lain sebagai sarana pengorbanan biasanya juga berupa hewan ternak seperti kambing atau ayam. Kambing biasanya disembelih kemudian menjadi santapan bersama.

Adapun, uang yang terkumpul yang diterima juru kunci masuk ke kas desa. Sebagian untuk operasional pelaksanaan Nyadran dan perawatan situs yang dikelilingi bangunan tembok itu. Artinya, uang yang terkumpul juga dikembalikan kepada warga masyarakat dalam bentuk yang lain.

Windarta kisahkan, situs petilasan Mbah Jobeh merupakan tempat ditemukannya air ludah kebiasaan Nyirih (mengunyah daun sirih dan bahan pelengkapnya). Dikisahkan, air ludah bekas Nyirih ditemukan Ki Kenthung dan Nyi Kenthung.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar