KABARHANDAYANI,- Tilik sedulur di pojok kampung ketemu Mas Sutiyo dan Pak Slamet. Mereka berdua yang sedang “nggerji watu”. Itu istilah di tempat kami untuk kegiatan menambang batu kapur secara tradisional.
Sedulur-sedulur ini adalah para pejuang hidup yang hebat dan gigih. Pelataran batu kapur masif di hamparan tanah dan terkadang tersingkap di bawah tanah itu mereka olah menjadi batu-batuan persegi bahan baku batu paras.
Ada yang diolah sebagai batu tempel untuk mempercantik dinding rumah, kolom, dan juga memperindah taman. Ada yang diolah menjadi lantai batu kapur. Ada pula yang menjadi bahan ukiran batu kapur pemanis dinding atau taman. Ada yang dibuat menjadi patung, rumah lampu, dan berbagai produk lainnya. Biasanya sedulur-sedulur saya ini menjualnya sebagai bahan baku ke berbagai konsumen pelanggannya.
Simak kisah lengkapnya di video berikut. Dipersilakan menulis komentar atau like, dan silakan subscribe jika kanal youtube ini bermanfaat.
