WONOSARI, (KH)— Sudah tidak asing lagi ditelinga kita, cara menanam sayuran tumbuhan tanpa media tanah, tetapi diganti dengan cairan nutrisi tanaman atau yang dikenal dengan sebutan Hidroponik. Cara penanaman dengan teknik Hidroponik ini dapat dengan mudah diterapkan disekitar rumah, sebagai upaya penghematan pembelian kebutuhan akan sayuran atau bahkan dikembangkan dalam skala besar.
Sistem Hidroponik terdapat beberapa jenis teknik. Beberapa waktu lalu THL Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wonosari, Budi Kuncoro, SP memberikan gambaran bahan serta biaya yang dibutuhkan untuk memulai menanam sayuran system Hidroponik.
Bahan-banan yang dibutuhkan antara lain: Rockwool, Pipa/ bambu/ stereofoam bekas buah, net pot, sumbu dari kain flannel, cairan nutrisi, wadah nutrisi dan mesin pompa aquarium serta beberapa selang air. Perbincangannya dengan KH, Budi menyampaikan cara dan gambaran biaya yang dibutuhkan.
Pertama kali yang dilakukan adalah penyemaian benih tumbuhan/ sayuran, tahap ini membutuhkan rockwool sebagai tempat benih. Rockwool adalah batu yang dipanaskan, atau bisa diganti dengan busa kasur, sabut kepala, merang bakar, atau benda lain yang dianggap paling bagus, tergantung sistem tanamnya.
“Harga rockwool untuk penyemaian adalah Rp. 150, setelah berumur 15 hari tanaman dipindah ke Modul Instalasi,” ujar Budi.
Modul instalasi sendiri sebenarnya ada beberapa jenis, namun bahan-bahan yang dibutuhkan secara umum hampir sama. Kebutuhan Modul Instalasi seperti yang sudah disebutkan, yakni pralon panjang atau pipa. Untuk 1 titik tanam biaya investasinya ialah Rp. 5 ribu, atau untuk lebih hemat diganti dengan bambu dengan kisaran biaya satu titik tanam Rp. 750. Biasanya satu kali pembuatan bahan pipa atau tempat air sekaligus penanaman ini dapat digunakan hingga 50 kali tanam.
Bahan dan alat selanjutnya yaitu net pot sebagai tempat tumbuhan, harga dipasaran Rp. 1000, rata-rata penggunaan juga mencapai 50 kali pemakaian. Lalu, dibutuhkan juga kain flannel sebagai sumbu, harga per meter berkisar Rp. 23 ribu, satu meter ini dapat digunakan untuk 400 tanaman.
“Kemudian alat yang dibutuhkan yaitu pompa aquarium dengan tegangan 25 watt sebagai alat memutar air, rata-rata harganya Rp. 150 ribu,” tambah dia.
Bahan lain yang sangat penting yakni cairan nutrisi, perkiraan kebutuhan nutrisi untuk 100 tanaman sampai panen selama 35 hari yakni 250 liter. Dipasaran, ada kemasan nutrisi bubuk untuk 1000 liter harganya Rp. 100 ribu, air paling bagus sebagai pelarut adalah air hujan atau air limbah AC. Atau, lanjut dia, juga sudah ada dalam bentuk cair kemasan 100 liter seharga Rp. 30 ribu.
Dijelaskan, cara ini dinilai memiliki banyak keunggulan apabila dibandingkan dengan cara konvensional. Selain cocok untuk lahan yang sempit, juga tergolong aman dari serangan hama. “Gangguan hama tanaman cenderung lebih sedikit, karena tidak ada tanah sebagai media berkembangnya penyakit atau hama tersebut,” ulas Budi.
Keuntungan lain, tanaman lebih bersih dan mudah dalam perawatan karena hanya menjaga agar nutrisi tetap ada hingga panen tiba. Kelemahannya, memang cara ini lebih mahal daripada cara konvensional kira-kira perbandingan biayanya adalah 1:5.
“kunci keberhasilan sistem hidroponik dipengaruhi oleh kualitas nutrisi, dan tempat penanaman, harus cukup atau penuh dengan sinar matahari, agar aman dapat juga memasang Insectnet (jarring anti serangga),” jelas dia lagi.
Pemberian atap transparan, kata dia diakhir perbincangan, bertujuan agar apabila hujan, air tidak masuk ke wadah nutrisi sehingga mengurangi kadar kandungan nutrisi tersebut. (Kandar)