Bagaimana Mencegah Kekerasaan Seksual Kepada Anak

oleh -1949 Dilihat
oleh

WONOSARI, (KH) — Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi terjadinya kekerasan seksual anak, di antaranya adalah nilai luhur, life skill, konsep diri, serta pengetahuan. Hal ini seperti yang diungkapkan Niken Anggrek Wulan, salah satu aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rifka Annisa pada diskusi pencegahan kekerasan seksual dan pernikahan usia anak di Kantor Kepala Desa Wunung, Jumat (17/10/2014).
Menurut Niken, faktor yang paling dasar dalam pencegahan adalah nilai luhur yang harus diberikan pada anak. Hal ini dapat diajarkan pada anak-anak melalui lingkungan keluarga dan pengajaran nilai agama.
Perlu diingat, bahwa yang dimaksud kekerasan seksual pada anak bukan saja kejadian seperti kasus-kasus pencabulan terhadap anak atau bahkan kasus pemerkosaan yang sering muncul di media masa, tetapi kekerasan seksual anak mencakup perilaku seksual yang negatif pada anak meski itu dilakukan sesama anak.
Faktor penting lainnya dalam pencegahan kekerasan seksual anak ini adalah faktor pengetahuan. Rendahnya pengetahuan anak tentang kesehatan reproduksi atau seksual sangat rentan tentang berbagai kasus kekerasan seksual.
“Faktor nilai luhur sangat penting, namun juga perlu dilakukan pembekalan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, baik untuk anak ataupun orang tua,” jelas Niken.
Faktor lain seperti life skill dan konsep diri juga perlu dikembangkan pada diri anak. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dengan mengalihkan perhatian dengan kegiatan yang positif.
Untuk mencegah kekerasan seksual dari lingkungan keluarga, lanjut Niken, orang tua diharapkan mampu melakukan komunikasi dengan baik pada anak, sehingga anak dapat berlatih untuk terbuka terhadap berbagai masalah yang dihadapinya termasuk masalah seks.
“Perlu dikenali ciri-ciri dan perkembangan fisik anak dengan pengamatan dan komunikasi. Bila terlihat tanda adanya kekerasan, langsung lakukan aksi yang diperlukan. Tanda-tanda anak yang mengalami kekerasan biasanya mengalami takut berlebihan, murung, berimajinasi pada hal berbau seks,” ucapnya. (Maryanto/Tty)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar