Anaknya Meninggal Sebelum Masuk Pertama Kuliah UGM, Sebastian Coba Rasakan Kelas Hingga Napak Tilas ke Gunungkidul

oleh -1053 Dilihat
oleh
ugm
Sebastian Hutabarat dan Imelda Tiurniari Napitupulu, orang tua dari mahasiswa baru FEB UGM, Marchia R.M. Hutabarat, yang telah berpulang. (KH/ Kandar)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Orang tua mana yang tak bangga punya putri yang cerdas dan berprestasi secara akademik. Lebih-lebih diterima masuk kampus favorit, UGM melalui jalur prestasi. Situasi itu persis dialami Sebastian Hutabarat dan Imelda Tiurniari Napitupulu, warga asal Sangkarnihuta, Balige, Toba, Sumatera Utara.

Akan tetapi, dunia seakan terbalik. Saat Sebastian berada di kampung halaman, ia dikabari oleh istri bahwa anaknya meninggal dunia secara tiba-tiba. Usai mendapat kabar, kesedihan bercampur seribu tanya hinggap dibenaknya.

“Meninggalnya di penginapan, saat anak saya berwisata di kampung Nepal Van Java di lereng Gunung Sumbing pada 17 Juni 2024 silam,” tutur Sebastian sembari mengatur nafas, Jumat (16/8/2024) di Wonosari, Gunungkidul.

Saat bercerita, sesekali istinya, Imelda menimpali. Dia bertutur, kedatangannya sampai di Gunungkidul untuk menyinggahi semua tempat yang pernah dikunjungi putri ke-duanya yang telah berpulang.

“Kesedihan mendalam tak tergambarkan. Kami sekeluarga benar-benar seakan tak percaya. Butuh waktu lama kami sadar bahwa semua titipan Tuhan akan kembali. Hal ini bisa terjadi kepada siapapun. Untuk menyembuhkan luka batin kami, perjalanan ini kami pilih, pergi ke Jogja, UGM, Gunungkidul, Solo hingga nanti sampai di Magelang,” beber Sebastian terbata.

Sebagaimana diketahui, riwayat pendidikan putrinya Marchia R.M. Hutabarat dianggap cukup membanggakan. Selain hampir selalu juara kelas hingga bangku SMA, Marchia bisa lolos masuk FEB UGM lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Imelda ibu Marchia memang telah memberi kabar pihak kampus bahwa putrinya telah tiada. Namun, dia dan suami ingin menkonfirmasi secara langsung ke civitas akademik. Di kampus, dia diterima dengan baik. Pihak kampus yang lebih awal sudah tahu pun menyambut kedatangannya.

Sebastian tak menyia-nyiakan momen. Dia kepingin berada di kelas pertama yang seharusnya dirasakan Marchia. Fakultas FEB pun tidak mempermasalahkan. Sebastian dan Imelda serta putri sulungnya mengikuti kelas di FEB UGM.

“Kampus UGM itu favorit saya juga. Seperti ini barangkali anak saya merasakan kuliah kalau masih hidup,” demikian Sebastian mengucapkan apa yang ada dibenak saat ikut dalam kelas yang seharusnya diikuti Marchia.

Suasana kelas pun berubah haru saat Sebastian dan Istri diminta berbicara. Di hadapan mahasiswa ia menuturkan kisah Marchia. Mahasiswa yang seharusnya menjadi teman anaknya pun hanyut dan menangis dalam kesedihan.

Sebastian dengan bangga bercerita mengenai impian Marchia agar bisa masuk UGM. “Sedari kecil, ia sangat dekat dengan ibunya. Marchia pun tumbuh menjadi anak yang kritis dan suka membaca,” katanya.

“Sewaktu dalam kandungan, saya ajak mengajar les piano. Saya begitu bergairah menyambut kelahirannya. Antara saya yang mengajak Marchia untuk terus semangat, atau saya memperoleh semangat karena mengandungnya,” kata Imelda menyela.

Imelda yang menyematkan nama Marchia. Diambil dari ‘march’ yang diantaranya mewakili simbol semangat dan bergerak.

“Anaknya kritis. Saya selalu meluangkan waktu mengajaknya bermain ke alam. Biasanya membawa buku atau alat gambar. Kadang pertanyaan yang dilontarkan tidak sesuai dengan usianya,” kenang Imelda.

Saat diajak suami mendatangi tempat-tempat yang didatangi Marchia jelang masuk UGM, dia lantas sepakat. Langkah ini justru dia anggap sebagai bentuk melawan dan menyudahi kesedihan. Dari Balige mereka mengendarai mobil. Mulai dari singgah di Jakarta, hingga ke Jogja dia mampir ke beberapa tempat.

“Saat ke UGM saya berfoto di mana Marchia berfoto. Saat mengunjungi destinasi di Gunungkidul saya juga berfoto di tempat yang persis dipakai foto anak saya. Bahkan makanan apa yang dipesan, saya pun memesannya juga,” panjang lebar Sebastian bercerita.

Nanti, saat di Nepal Van Java, dia juga ingin memesan penginapan dan berada di kamar di mana Marchia menghembuskan nafas terakhir.

“Saya akan tidur di kamar penginapan Marchia. Dengan begini kami justru pulih dari luka dan kesedihan mendalam. Kesedihan itu memang harus dihadapi,” tandas Sebastian. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar