Potret Toleransi, Warga Muslim Sambangi Rumah Warga Non Muslim Ucapkan Paskah

oleh -156 Dilihat
oleh
Toleransi
Warga Muslim dan Katolik berjabat tangan saling memohon maaf. (KH/ Kelvian)

GUNUNGKIDUL,(KH),— Momen menyentuh hati tergambar di wilayah Padukuhan Singkil, Kalurahan Giring, Kapanewon Paliyan, Rabu (10/04/2024). Usai menjalankan sholat Idul Fitri di Lapangan SD Sanjaya, warga muslim berkeliling mendatangi rumah warga non muslim untuk bersilaturahmi. benar-benar potret toleransi beragama yang tergambar jelas.

Sejak pagi, warga di wilayah Singkil nampak sibuk. Hiru-pikuk warga muslim mempersiapkan diri hendak sholat Idul Fitri. Mereka bergegas meninggalkan rumah pagi-pagi sekali.

Ada yang berjalan kaki, ada pula yang membawa kendaraan bermotor. Sajadah di pundak. Di bagian tangan menjinjing tikar, alas saat sholat di lapangan.

Dengan khusyuk sholat id ditunaikan. Kotbah dari khatib pun didengar dengan seksama. Selang beberapa waktu, jamaah melanjutkan kegiatan jabat tangan sembari saling meminta maaf.

Setelah selesai, tanpa komando mereka bersama-sama berkunjung ke rumah-rumah warga non muslim di wilayah Padukuhan Singkil. Di padukuhan ini, dilihat dari latar belakang keyakinan masyarakatnya memang cukup majemuk. Mayoritas beragama Islam, kemudian Katolik, Kristen serta ada pula yang memeluk agama Hindu.

Suasana haru dan menyentuh terlihat saat sesepuh mewakili warga muslim  menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan baik ucapan maupun tindakan selama setahun bersilaturahmi

Bersamaan, warga muslim juga mengucapkan selamat Paskah kepada warga Katolik yang belum lama ini merayakannya.

Dukuh Singkil, Parmana mengatakan, kebiasaan ini sudah dilakukan secara turun-temurun di wilayah Singkil. Menurutnya, tradisi saling memaafkan dan mengucapkan selamat atas perayaan hari raya antar umat beragama merupakan bentuk toleransi antar umat beragama.

“Tentu hal ini merupakan bentuk silaturahmi sekaligus menjaga kerukunan antar umat beragama di wilayah Singkil yang warganya memiliki beragam keyakinan,” kata Parmana.

Sementara itu, salah seorang warga Katholik, Dharma Wagiya mengatakan hal yang tak jauh berbeda. Menurutnya, tradisi ini harus terus dijaga agar silaturahmi warga di Padukuhan Singkil senantiasa harmonis.

“Saya berharap, anak cucu nanti terus melanjutkan tradisi yang baik ini,” harap Dharma.

Suasana hangat terlihat saat waga saling berjabat tangan saling meminta maaf. Beberapa duiantaranya bahkan meneteskan air mata tanda haru.

Usai bersilaturahmi, warga lantas mencicipi hidangan ringan yang disediakan. Setelahnya jamaah muslim melanjutkan perjalanan ke rumah kerabat dan sesepuh warga yang lain. (Kelvian)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar